(thoughtful story)
aku, dia menunjukkan jalan setapak kecil yang dilewati oleh aliran sungai. Aku selalu mengikuti langkah kemanapun dia pergi, hingga aku terhenyak saat alarm HP- ku berbunyi. Akhhh,ternyata aku bermimpi,tapi mengapa mimpi ini terlihat nyata ?
Gadis yang manis, sosok itu serasa mengusik hatiku lagi. Yach Ekaadalah sahabat dekatku sewaktu kami sama-sama masih kuliah. Eka telah dipanggil Tuhan karena sakit tipes yang sudah menyerang di otak. Aku tidak mengerti mengapa semalam tiba-tiba Eka hadir dalam mimpiku, hal itu mengusikku. Aku berada pada kesimpulan bahwa aku harus berziarah ke makamnya.
Dulu waktu duduk di bangku kuliah aku dekat dengan dua gadis, Eka dan Zita. Kami selalu pergi bertiga kemana-mana, bahkan ketika study tour di Jakarta, kami minta tidur dalam satu kamar, agar komunikasi kami lebih enak. Aku belajar banyak hal dari dua orang sahabatku ini, aku belajar peduli, mencintai dan juga belajar karakter.
Dan hingga kini yang masih aku ingat, Eka dan Zita mengajarkan aku bagaimana berpenampilan dan berdandan feminim. Lucu memang, jika mengingat hal itu, karena aku yang tomboy, tidak suka memakai lipstic harus masuk Akademi Sekretari dan dituntut untuk tampil modis.
Masih terekam dalam memoriku saat Eka memulaskan lipstic di bibirku, dengan memberi contoh bagaimana menghias bibir, masih aku ingat setiap kali foto kami selalu bertiga, dan eka tidak mau memakai kacamatanya, dengan alasan malu, masak tiga-tiganya berkacamata.
Di akhir kuliah, Aku, Zita dan Eka berjanji akan sering berkomunikasi walau sama-sama sibuk bekerja, kalau tidak bisa telepon ke kantor,coba telepon ke rumah, atau ke celuler masing-masing.
Di tengah rutinitas kesibukan aku bekerja, akhirnya kami bertiga dapat bertemu juga di Rumah Eka, kami menghabiskan waktu dari siang sampai sore untuk bercerita tentang kerja kami, dan mengingat saat-saat kuliah dulu. Kami sempat bertemu tiga kali, dan tidak aku sangka itu adalah pertemuan terakhirku dengan Eka.
Aku mendapat sms ..Rin, kalau pusing karena darah rendah dikasih obat apa.? Kamu dulu pantangan makannya apa, kok darah rendah kamu bisa sembuh?.Itu adalah sms dari eka, dan aku tidak punya pikiran macam-macam, karena selama ini eka tidak pernah sakit keras, eka adalah sosok yang tegar dan kuat.
Aku hanya sempat membalas dan memberi nasehat agar eka istirahat, dan periksa ke dokter. Aku benar-benar bodoh, kenapa tidak berpikir untuk say hello lewat telepon sekedar menanyakan kabar dan mendengar suaranya.
29 Oktober 2002, jam 21.18 WIB aku mendapat sms dari teman kuliah Rin, Eka meninggal..bsk aku & anak2 mau melayat, kamu ikut ga..?,salam Uci Dumdum..dum Dadaku bergetar hebat, tanganku dingin saat itu, Eka? Eka siapa..? Eka yang mana..? Respect aku menelepon Zita, aku Tanya Eka siapa yang meninggal..?
Ternyata Zita sama tidak tahunya dengan aku, Zita juga bingung. Aku benar-benar di ambang batas galau, bingung, tiba-tiba tanganku bergerak menelepon HP Eka,dan yang menerima adalah teman kampus, Fitri mengiyakan meninggalnya Eka.
Hah.tanpa terasa air mataku mengalir, aku berteriak Tuhan,Tidak mungkin bagaimana eka bisa meniggal dalam usia yang masih muda,eka belum merasakan manis yang dia petik dari hasil kerja kerasnya.
30 Oktober 2002, jam 18.00 WIB aku berada di rumah eka. Dan aku baru tahu semua kejadian dan penderitaan yang menimpa Eka. Kesakitannya, kesesakannya, dan akhirnya Ortunya harus rela melepas kepergian Eka. Aku berada pada Penyesalan, rasa berdoa, rasa bersalahKenapa aku sebagai sahabatnya tidak tahu bahwa dia sempat di rawat selama dua minggu?
Eka tidak mau sahabat-sahabatnya tahu akan sakitnya, itu yang aku dapat berita dari Ibunya. Aku dan Zita terakhir bertemu,saling mengingatkan sesibuk apapun kami dan dimanapun kami harus saling memberi kabar.
Aku berharap teman-teman bisa memetik dari pengalaman yang terjadi padaku. Jangan pernah lupakan sahabat dekatmu, setidaknya sempatkan waktu untuk share, atau say hello,sebelum semua terlambat. Tuhan yang menentukan segalanya juga umur manusia, kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Hendaklah peduli dengan sahabatmu.
Bersahabatlah dengan siapa saja tanpa pandang bulu, cinta persahabatan tidak memandang suku, agama, kaya atau miskincinta persahabatan tumbuh karena rasa saling memiliki, saling peduli, saling mengingatkan, dan saling berbagi.
Ririn Teguh Setyowati
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback