(inspirational story)
Tahun lalu, semua adik lelakiku mendaftar menjadi anggota klub Perintis,yaitu program mingguan untuk anak di gereja. Daniel berusia Sembilan tahun, dan Timothy tujuh tahun. Kakak perempuanku, ayahku, dan aku sernuanya guru di program gereja itu. Pada suatu ketika pada tahun itu,adik-adikku mulai mengeluh bahwa ada anak lelaki, namanya John, suka mengganggu mereka.
John, anak asuh berusia sebelas tahun, adalah murid ayahku. la tampaknya seperti anak yang selalu berulah. Yang lebih buruk lagi, ia tidak menganggap perilakunya itulah yang merupakan masalah, bahkan sebaliknya,ia menganggap ayahkulah yang merecokinya.
Ia sering melampiaskan kekesalannya kepada kedua adikku dengan membuang topi yang dipakai adikku, mengejek mereka, menendang mereka lalu lari. Bahkan aku pun sering dikatai kasar olehnya. Kami semua berpendapat bahwa ia benar-benar anak yang menyebalkan.
Ketika Ibu mendengar masalah itu, ia pulang dari kota beberapa hari kernudian sambil membawa sekantong permen.
"Ini untuk John," katanya kepada Daniel dan Timothy.
"Untuk siapa?"
"Untuk John." Lalu Ibu menjelaskan bahwa seorang musuh dapat ditaklukkan dengan kebaikan.
Sulit rasanya bagi kami semua untuk berbaik hati pada John; la sungguh menyebalkan. Tapi, minggu berikutnya kedua adikku pergi ke Klub Perintis itu sambil mengantongi permen - satu untuk mereka sendiri dan satunya lagi untuk john.
Pada saat aku berjalan menuju kelasku, kudengar Timothy berkata, "Ini John, ini untukmu." Waktu kami sudah pulang ke rumah, aku bertanya pada Timothy bagaimana reaksi John.
Timothy mengangkat bahu. "la cuma kelihatan heran, lalu bilang terima kasih dan makan permen itu."
Minggu berikutnya, ketika John lari menghampirinya, Tim memegangi topinya dan berusaha melindungi dirinya, kalau-kalau diserang John. Tapi John ternyata tidak menyentuhnya sama sekali. Ia hanya bertanya, "Hei,Tim, masih punya permen lagi?"
"Ada." Timothy yang merasa lega segera mengambil permen dari saku bajunya dan memberikannya. kepada John. Setelah itu, setiap minggu John mencarinya dan minta permen, dan Timothy hampir selalu ingat untuk membawanya-satu untuk dirinya sendiri dan satu lagi untuk John.
Sementara itu, aku "menaklukkan musuhku" dengan cara yang lain. Suatu ketika, saat aku berpapasan dengan John di bangsal, tampak seringaian diwajahnya. la membuka mulutnya, tapi aku langsung berkata, "Hei, John!" dan tersenyum sebelum ia sempat berkata apa-apa.
dengan heran , ia menutup mulutnya kembali, dan aku pun terus melangkah. Sejak itu, setiap kali bertemu dengannya, aku tersenyum menyapanya,"Hei, John!" sebelum ia sempat mengeluarkan kata-kata kasar. Bahkan sebaliknya, ia membalas sapaanku.
Sudah agak lama juga John tidak lagi suka mengganggu kedua adikku dan tidak berkata kasar lagi kepadaku. Bahkan ayahku pun terkesan oleh perubahan sikapnya. Sekarang ia sudah berubah menjadi John yang lebih baik dibandingkan dengan dirinya setahun yang lalu-tampaknya karena ada orang yang memberinya kesempatan untuk berubah.
Bukan ia saja yang berubah. Seluruh keluargaku belajar bagaimana mencintai musuh. Yang mengherankan adalah bahwa dalam proses itu, kami kehilangan musuh-ia "ditaklukkan" oleh cinta.
Cinta : tak pernah gagal.
Patty Anne Sluys
(chicken soup for the teenage soul II)
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback