Pages

Thursday, November 26, 2009

Poor me; lucky them

Converted from Rich TextDari buku "Opening the Door of Your Heart"

  • Kehidupan bhikkhu junior di Thailand rasanya tidaklah adil.
  • Bhikkhu senior mendapatkan makanan terbaik, duduk di tempat paling empuk dan tidak perlu kerja mengangkut-angkut apapun.
  • Makanan hari ini (bhikkhu hutan hanya makan sekali sehari) tidak mengundang selera; saya harus duduk berjam-jam dalam sebuah acara di semen yang keras (dan juga tidak rata,karena penduduk tidak begitu pandai dalam menyemen); dan kadang-kadang saya harus bekerja keras.

  • Malangnya saya; beruntungnya mereka.

  • Saya menghabiskan waktu yang lama dan tidak menyenangkan untuk memikirkan
    keluhan saya.
  • Bhikkhu senior mungkin sudah tercerahkan, jadi makanan enak merupakan kesia-siaan, seharusnya sayalah yang mendapatkan makanan terbaik.
  • Bhikkhu senior sudah terbiasa duduk bersila di lantai yang keras selama bertahun-tahun, karena itu sayalah yang seharusnya duduk di tempat yang empuk.
  • Lagipula, bhikkhu senior gemuk-gemuk karena makan makanan yang enak-enak, jadi sudah memiliki 'bantalan alam' sendiri.
  • Bhikkhu senior hanya ngomong bhikkhu junior harus kerja, tapi tak pernah kerja sendiri,jadi bagaimana mereka bisa mengerti betapa panas dan melelahkannya mendorong kereta dorong itu?
  • Proyek itu adalah ide mereka, jadi seharusnya merekalah yang bekerja!
  • Malangnya saya; beruntungnya mereka.

  • Ketika saya sudah menjadi bhikkhu senior, saya makan makanan terbaik, duduk di tempat yang empuk dan hanya sedikit bekerja fisik.
  • Namun, ternyata saya malah iri kepada bhikkhu junior.
  • Mereka tidak perlu memberikan ceramah,tidak perlu mendengarkan keluhan umat, problem sehari-hari mereka dan tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk urusan administrasi.
  • Mereka tidak perlu bertanggung-jawab dan mereka memiliki begitu banyak waktu luang.
  • Saya jadi berpikir, 'Malangnya saya; beruntungnya mereka!'
  • Segera saya tersadar.
  • Bhikkhu junior memiliki 'penderitaan bhikkhu junior'.
  • Bhikkhu senior memiliki 'penderitaan bhikkhu senior'.
  • Sewaktu saya menjadi bhikkhu senior, saya hanyalah mengganti satu bentuk penderitaan ke bentuk lain.

  • Seperti itu jugalah berlaku pada orang-orang yang masih single (baca:jomblo) yang iri kepada mereka yang sudah menikah, dan mereka yang sudah menikah iri kepada yang masih single.
  • Dari sini kita mengerti, sewaktu kita menikah, kita hanyalah mengganti 'penderitaan orang single' dengan 'penderitaan orang menikah'.
  • Sewaktu kita bercerai, kita hanyalah mengganti 'penderitaan orang menikah' dengan 'penderitaan orang single'.
  • Malangnya saya; beruntungnya mereka.

  • Sewaktu kita miskin, kita iri kepada mereka yang kaya.
  • Namun, banyak orang kaya yang iri kepada persahabatan tulus dan waktu luang yang dimiliki oleh mereka yang miskin.
  • Menjadi kaya hanyalah mengganti 'penderitaan orang miskin' dengan 'penderitaan orang kaya'.
  • Pensiun dan penurunan penghasilan hanyalah mengganti 'penderitaan orang kaya' dengan 'penderitaan orang miskin'.
  • Begitu seterusnya... Malangnya saya; beruntungnya mereka.

  • Dengan berpikir anda akan bahagia kalau sudah menjadi sesuatu yang lain hanyalah khayalan.
  • Menjadi sesuatu yang lain hanyalah mengganti satu bentuk penderitaan dengan bentuk yang lain.
  • Tapi saat anda puas dan berdamai terhadap apapun adanya anda, junior ataupun senior, menikah ataupun jomblo, kaya ataupun miskin, maka anda bebas dari penderitaan.
  • Beruntungnya saya; malangnya mereka...

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback