Pages

Saturday, April 18, 2009

Dari Hati yang Tulus

(thoughtful story) (Marcia Byalick - Chicken Soup for the Kid's Soul)

Jimmy berumur lima tahun ketika ia dan orangtuanya mengadopsi Neil.
Jimmy masih ingat peristiwa hari itu di pengadilan, ketika Hakim menyuruhnya mendekat, sendirian, lalu hakim itu berkata, "Hari ini bukan hanya ibu dan ayahmu yang menerima tanggung jawab untuk membesarkan seorang anak lagi. Aku juga mempercayakanmu untuk ikut memikul tanggung jawab itu.

Sebagai seorang kakak, kau mesti member teladan pada bayi ini, dan dia akan bergantung padamu. Apa kau siap menerima tugas ini?" Meski baru duduk di TK, Jimmy mendengarkan
ucapan sang hakim dengan sangat serius.

Neil bertambah besar, dan ia menganggap diadopsi adalah sesuatu yang sangat hebat. Orangtuanya pasti telah membaca banyak buku di perpustakaan, tentang cara menjelaskan masalah yang rumit itu pada anak kecil. Dan usaha mereka berhasil dengan baik. Neil bukan saja tidak merasa malu dengan statusnya, ia bahkan merasa lebih istimewa daripada seandainya ia bukan anak adopsi.

Pada setiap kesempatan,entah sehari-hari, atau pada pertunjukan bakat, atau bahkan pada hari libur, dengan bangga ia akan berdiri tegak dan mengatakan pada orang-orang di hadapannya bahwa ia mempunyai "ibu kandung" dan "ibu angkat". Kadang-kadang Jimmy sampai merasa agak diabaikan.

Ketika Neil duduk di kelas dua, ia bertemu seseorang yang punya pendapat lain tentang arti diadopsi. Andy, anak kelas lima yang satu bus dengan Neil, tidak punya banyak teman di sekolah. Ia suka berlagak hebat di depan anak-anak yang lebih kecil di bus sekolah itu. Suatu hari, tapa alasan apa pun, ia berteriak dari bagian belakang bus, "Hei, Neil, kau tahu arti sebenarnya diadopsi?"

Neil menjadi gugup, sebab baru kali ini Andy bicara langsung padanya. Andy kedengaran marah, seolah-olah Neil telah melakukan kesalahan padanya. Neil tahu, sebaiknya ia berdiam diri. Maka ia tidak menjawab. Lalu Andy berkata sengit, "Itu artinya ibu kandungmu membuangmu ketempat sampah." Seisi bus diam membisu.

"Ya, ke tempat sampah. Kau beruntung ada yang datang memungutmu sebelum truk-truk dating menggilasmu." Neil merasa seakan jantungnya berpindah ke tenggorokan. Ia mencoba turun dari bus di halte berikutnya, meski rumahnya masih jauh. Tapi sopir bus tidak mengizinkannya turun.

Semua murid berbicara, tapi ia tidak mendengar sepatah kata pun. Begitu pintu bus membuka di depan rumahnya, ia lari keluar dan langsung masuk ke rumah. Jimmy sudah pulang dari sekolah. Ia dan ibunya sedang duduk di dapur. Susu dan Oreo untuk Neil sudah terhidang di meja.

"Ada apa?" tanya ibunya dengan tajam. Instingnya sebagai ibu mengetahui ada yang tidak beres. Neil melaporkan apa yang dikatakan Andy padanya. Ibunya terduduk lemas di kursi, tak bisa menawarkan penghiburan apa pun tentang "ibu kandung" dan "ibu angkat". Ia tahu bahwa segala saaran yang telah dibacanya di buku-buku takkan bisa menghapuskan kekecewaan di wajah Neil.

Ketika ia mengulurkan tangan untuk memeluk Neil, anak itu menjauh. Otomatis sang ibu pun mengangkat telepon untuk memncari penghiburan dari ayah mereka. Sekonyong-konyong Jimmy berdiri dari duduknya. Ia memutari meja,menghampiri Neil yang terisak-isak memegangi kepalanya dengan dua tangan.

"Neil," katanya pelan, "coba pikirkan ini. Bayi diadopsi bukan karena tidak ada yang peduli pada mereka, tapi justru karena mereka dicintai. Amat sangat dicintai." Sang ibu batal memencet nomor telepon ayah mereka. Neil mengangkat kepalanya. Kata orang, kebenaran itu menyakitkan, tapi kadang kebenaran bisa menyembuhkan., kalau muncul dari hati yang tulus.


Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback