Pages

Saturday, March 28, 2009

Malaikatnya Rudy

(Wilma Hankins Hlawiczka - Chicken Soup for the Single's Soul)

Aku berjalan memasuki toko bahan pangan tetapi tak terlalu berminat untuk membeli makanan. Aku tidak lapar. Rasa sedih karena kehilangan suami yang telah kunikahi tiga puluth tujuh tahun terasa betul. Dan, toko bahan pangan ini memiliki begitu banyak kenangan manis. Rudy sering mengajakku ke sini, hampir setiap kali ia akan berbuat seolah-olah ngeloyor dan mencari sesuatu yang istimewa. Aku tahu ia mau apa. Aku senantiasa melihatnya berjalan menyusuri lorong dengan tiga kuntum mawar kuning di tangannya. Rudy tahu aku menyukai mawar kuning.

Dengan hati penuh kepedihan, aku hanya ingin membeli beberapa belanjaanku dan pergi, tetapi bahkan belanjaan bahan pokok itu menjadi berbeda semenjak Rudy meninggal dunia. Belanja untuk satu orangmembutuhkan waktu, membutuhkan lebih banyak pemikiran daripada belanja untuk dua orang.

Sambil berdiri di dekat bagian daging, aku mencari steik kecil yang mulus dan mengenang bagaimana Rudy menyukai daging bakarnya. Tiba-tiba seorang wanita datang ke sampingku. Ia berambut pirang, tubuhnya

ramping dan menawan dengan celana panjang berwarna hijau lembut. Aku mengamatinya ketika ia mengambil satu pak besar daging pinggang sapi dan menaruhnya di kereta belanjaannya, ragu-ragu, dan menaruhnya

kembali. Ia berbalik untuk pergi dan sekali lagi menjangkau kemasan daging itu. Ia melihatku sedang memandangnya dan ia tersenyum.

"Suamiku menyukai daging pinggang sapi, tetapi sejujurnya, dengan harga semacam ini, aku tidak tahu apakah ia menyukainya." Aku menelan emosiku ke kerongkonganku dan menatap kedua matanya yang biru pucat. "Suamiku meninggal delapan hari yang lalu," kataku kepadanya. Sambil melihat kemasan di tangannya, aku berusaha keras mengendalikan getaran dalam suaraku. "Belikanlah dia daging itu. Dan nikmatilah setiap saat yang kalian alami bersama-sama."

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan aku melihat emosi kedua matanya sewaktu ia menaruh kemasan itu di keranjangnya dan mendorong keretanya menjauh.

Aku berpaling dan mendorong keretaku melintasi toko itu menuju barang-barang hasil olahan susu. Di situ aku berdiri, sambil berusaha memutuskan ukuran susu mana yang harus kubeli. Satu liter itulah yang akhirnya kuputuskan dan melangkah ke bagian es krim dekat bagian depan toko itu. Kalau tidak ada hal lain yang manjur, aku senantiasa dapat menyenangkan diriku dengan satu contong es krim.

Aku meletakkan es krim itu di keretaku dan melihat ke lorong menuju ke depan. Aku melihat pertama-tama pakaian hijau itu, kemudian mengenali wanita cantik yang datang ke arahku. Di kedua tangannya ia membawa sebuah bungkusan. Kulihat senyum paling cerah yang pernah kujumpai di wajahnya. Aku mau bersaksi bahwa suatu lingkaran cahaya lembut menaungi rambutnya yang pirang ketika ia terus berjalan menujuku, kedua matanya menatap mataku.

Ketika ia mendekat, aku melihat apa yang dibawanya dan air mata mulai menggenangi kedua mataku.

"Ini untuk Anda," katanya dan menempatkan tiga mawar kuning yang panjang batangnya dan indah ke tanganku. "Kalau Anda sampai di kasir, mereka akan tahu bahwa ini sudah dibayar." Dia membungkuk sedikit dan mencium pipiku dengan lembut.

Aku ingin memberitahunya apa yang telah dilakukannya, apa makna bunga mawar itu, tetapi aku masih tidak mampu bicara, aku melihatnya berjalan menjauh ketika air mata mengaburkan pandanganku. Aku melihat bunga mawar yang indah itu terbungkus tisu berwarna hijau dan merasakannya hampir-hampir tidak nyata. Bagaimana ia mengetahuinya?

Tiba-tiba jawabannya tampak demikian jelas. Aku tidak sendirian. "Oh, Rudy, kau tidak melupakan aku, kan?" bisikku, dengan kedua mata berlinangan. Rudy masih bersamaku, dan wanita itu adalah malaikatnya.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback