Orang yang kehilangan pekerjaan alias kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bisa mengalami depresi yang lama sekali, bahkan ada yang sudah kerja pun tetap mengalami depresi ini.
Memang, depresi ini bisa sampai lebih dari dua tahun. Dan jeleknya lagi, bukan cuma depresi saja yang berlarut-larut, tetapi kesehatan korban PHK pun menjadi sangat buruk. Bahkan, setelah itu akan muncul peristiwa-peristiwa negatif yang merupakan dampak dari tindakan PHK tersebut.
"Krisis yang ditimbulkan dari kehilangan pekerjaan itulah yang lebih merusak dibandingkan kerugian lainnya," kata Dr. Richard H. Price dari Universitas Michigan di Ann Arbor.
Price dan rekan-rekannya meneliti kaitan antara kehilangan pekerjaan dan depresi, tidak stabil dan buruknya kesehatan terhadap 756 pencari kerja yang secara sukarela selama tiga bulan atau kurang tidak memiliki harapan dipanggil kembali untuk menduduki posisi seperti sebelumnya. Usia para partisipan rata-rata 36 tahun dan semuanya sudah lulus SMU.
Secara keseluruhan kesulitan keuangan yang dialami para partisipan yang menganggur itu bisa mengarah pada kondisi yang disebut 'riak-riak peristiwa kehidupan yang negatif.'
Misalnya, jika seseorang kehilangan pekerjaan, mungkin ia akan sulit membayar uang cicilan mobil, sehingga mobilnya terpaksa ditarik dealer lagi. Akibatnya,ini akan mempersulit orang tersebut mencari pekerjaan.
Begitu pula jika orang tidak lagi memiliki asuransi kesehatan dari tempat ia biasa bekerja. Ini akan mempengaruhi kemampuannya menjaga kesehatan anggota keluarga jangka panjang, dan dampaknya akan menimbulkan kerenggangan dalam hubungan keluarga.
Peristiwa-peristiwa negatif itu menyebabkan pasien memiliki gejala-gejala depresi yang lebih besar dan merasakan bahwa mereka telah kehilangan pengendalian diri, termasuk juga menurunnya rasa percaya diri yang begitu hebat.
Lebih lanjut depresi ini dan juga kehilangan pengendalian diri tetap bertahan dikemudian hari, berjalan sekitar enam bulan dan dua tahun kemudian, ketika 60% dan 71% para partisipan yang diteliti, bisa dibilang sudah dipekerjakan kembali dan bekerja sedikitnya 20 jam per minggu. Begitu menurut laporan Price dan rekan-rekannya di jurnal Journal of Occupational Health Psychology
Dan lebih-lebih lagi, mereka yang tidak bisa mengendalikan diri lagi dilaporkan memiliki kesehatan yang rendah dan fungsi emosi mereka sangat buruk dalam tugas-tugas sehari-hari, dimana kedua-duanya terus berlangsung hingga mempengaruhi hal lainnya.
"Beberapa pengaruh ditampilkan dalam ketidakmampuan dan depresi mereka yang berkepanjangan. Dan juga perasaan terhadap keamanan pekerjaan menjadi rendah, dan ini juga salah satu dampak kehilangan pekerjaan yang tersembunyi.
Akhirnya, depresi para partisipan ini nampaknya di kemudian hari mempengaruhi kesempatan mereka menjadi orang yang bisa dipekerjakan kembali.
"Orang-orang ini menjadi orang yang tidak ingin kerja. Mereka tidak mau mencari kerja, dan pengaruh terhadap pribadi, keluarga dan sosial sangat besar," kata Price
sumber : http://www.astaga.com/sehat/pria/artikel.php?article_id=42826
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback