Pages

Thursday, December 10, 2009

"DANA TUJUHPULUH-KALI-TUJUH"

Jeff me-remas2 daftar tagihan2 bulanan yang sudah ber-jam2 ia kerjakan. Sebagian besar bisa ia bayar, namun biaya2 pengobatan kok jauh melebihi kemampuannya. Ah, mengapa semua ini harus pula terjadi? Jeff tunduk lunglai diatas mejanya, kedua tangannya menggenggam rambut dan kepalanya.

Istrinya, Cindy,beristirahat dengan tenang dikamar satunya. Jeff merasa bersyukur para dokter berhasil menghilangkan semua jaringan kanker, tetapi Cindy masih akan kehilangan beberapa bulan pekerjaan dan penghasilan yang mereka butuhkan.

"Tuhan, aku tak akan pernah bisa mengampuni Ayah karena tidak pernah menilpon atau bahkan datang kerumah sakit. Dimana ayah ketika aku begitu amat membutuhkannya?" Jeff ngomel, ngomong2 sendiri. Bergegas Jeff pergi membayar tagihan2 lewat kantor pos.

Salah satu termasuk sejumlah kecil yang dengan setia setiap bulannya ia kirimkan untuk melunasi tagihan pengobatan yang luar biasa besarnya dan disertai janjinya untuk mengangsur lebih banyak pada bulan mendatang.

Ia harus balik pulang untuk menyiapkan makan siang yang enak bagi Cindy. Begitu ia mencintainya. Sesudah makan, Jeff dan Cindy mendengar pengantar pos tiba. Dengan gelisah Jeff mengumpulkan surat2. Sebuah sampul dari biro pusat pengobatan jatuh kelantai.

Hati Jeff ikut tenggelam. Dipungutnya dan dengan hati2 dibukanya. Ternyata itu dari bagian penagihan. Bunyinya: "Karena biaya2 Cindy dikeluarkan semuanya dari pusat pengobatan ini, kami bisa menggabungkan semua tagihan2 dari bagian laboratorium dokter bedah, dari radiologi, dan biaya rumah sakit menjadi satu jumlah perkiraan.

Kami sadar betapa Anda mencoba dengan setia membayar biaya2 yang besar sekali ini. "Ada sebuah dana kesejahteraan yang baru diperkenalkan kepusat pengobatan ini yang disebut Dana Tujuhpuluh-Kali-Tujuh. Setelah kami memeriksa ulang kasus dan catatan2 Anda, kami bisa memberitahukan bahwa tagihan2 Anda dihapuskan.

"Teriring harapan dan doa-doa kami bagi Cindy, semoga cepat tuntas sembuh." Jeff duduk disofa disamping istrinya. "Mereka menghapuskan seluruh tagihan, [kami dibebaskan]", katanya ter-sendat2. Cindy memegang tangannya,dipijitnya sambil berbisik, "Ayo, kita berdoa dan berterima kasih pada Allah."

Seusai mereka berdoa, Jeff merasakan adanya beban bersalah yang berat. Bagaimana mungkin ia sendiri diampuni kalau ia tidak mengampuni salah satu orang dalam hidupnya, ayahnya sendiri? Cindy tersenyum dan menganggukkan kepalanya kearah tilpon.

Jeff mengangkat dan menekan nomor2nya. "Ayah? Ini Jeff." Kegundahan hati Jeff seakan cair menghilang. Ia menunggu dengan hati terbuka. Dari ujung satunya kabel tilpon terdengar sedu, sesengguk.

Ayahnya menerangkan bahwa ia merasa tidak tahan untuk hadir dirumah sakit dengan segala urusan yang terjadi. Berulang kali ia mengatakan betapa menyesalnya ia,selanjutnya ayah Jeff cerita ia amat kuatir juga meskipun merasa terlalu canggung bahkan untuk menilpon saja.

"Sudahlah, Ayah, semua itu [aku ngerti dan] aku maafkan. Cindy dan aku mencintai Ayah. Cindy sekarang baik2 keadaannya," Ia membersihkan tenggorokannya. "Eh, omong2, nanti malam kita ramai2 makan malam bersama, ya? (JM)



Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback