Pages

Wednesday, December 9, 2009

Teflon Mengandung Zat Penyebab Kanker?

Lebih mudah belum tentu lebih aman. Memasak dengan teflon memang praktis karena tak perlu repot bahan masakan lengket. Namun, rekomendasi Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA) pemerintah AS tentang bahaya bahan pembuat teflon mungkin patut dipertimbangkan.

Zat kimia yang digunakan dalam pembuatan Teflon serta bahan antilengket dan produk serupa mengandung bahan bersifat karsinogen atau penyebab kanker. Demikian hasil investigasi panel penilai independen yang dibentuk EPA untuk memberikan nasihat ilmiah.

Rekomendasi yang tertulis dalam draf laporan penilaian akhir tim panel sesuai dengan temuan awal yang dilakukan oleh tim EPA. Berdasarkan hasil percobaan terhadap hewan, tim FPA baru menemukan bukti-bukti yang mengarah pada potensi asam perfluorooctanoic (PFOA) dan garamnya sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia.

Sebagaimana tertulis dalam draf laporan yang dirilis Senin (30/1), sebagian besar anggota panel melihat adanya kesesuaian antara deskripsi karsinogen dengan data sampel terbaru. Sedangkan, sebagian kecil anggota tim menyatakan data tersebut tidak melebihi batas suatu zat disebut karsinogen.

Selain itu, mayoritas anggota panel penilai juga merekomendasikan tambahan data pada penilaian EPA tentang resiko PFOA atau yang dikenal juga dengan C-8. Di antaranya, PFOA juga beresiko menyebabkan kanker hati, testis, pankreas, dan payudara serta pengaruh negatif terhadap hormon, sel syaraf, dan sistem kekebalan tubuh.

Mereka merekomendasikan bahaya zat tersebut tanpa dibatasi umur maupun jenis kelamin. Temuan-temuan panel yang disusun oleh Badan penasihat Ilmiah EPA akan disampaikan oleh anggotanya pada 15 Februari.

Temuan panel bentukan EPA tentu saja menimbulkan reaksi penolakan, salah satunya disampaikan oleh DuPont, produsen PFOA di Wilmington, Delaware, AS. "Kami tidak sepakat dengan rekomendasi panel terhadap klasifikasi ini dan kami akan terus mendukung penilaian EPA sendiri dalam drafnya," kata Robert Rickard, Direktur Kesehatan dan Lingkungan DuPont.

"Kami yakin bahwa PFOA tidak menimbulkan risiko kanker untuk manusia," kata Rickard menambahkan. Menurutnya, panel memasukkannya ke dalam klasifikasi karsinogenik dilakukan berdasarkan data pada hewan dan belum tentu berlaku pada tubuh manusia.

PFOA digunakan dalam pembuatan polimer-polimer fluor yang banyak digunakan pada berbagai produk, misalnya alat masak antilengket. Zat kimia tersebut juga merupakan produk sampingan dari pembuatan fluorotelomer, yang digunakan sebagai pelindung di permukaan tekstil dan pembungkus makanan.

Meskipun bebas untuk menggunakan rekomendasi panel atau tidak, EPA jarang-jarang menolak saran badan penasihat tersebut. "Mereka telah meminta tim panel untuk melakukan analisis secara lebih teliti dan ilmiah untuk menghitung resikonya sehingga Anda tidak dapat mendebatnya," kata Tim Kropp, ilmuwan senior di Environmental Working Group, lembaga non-profit di Washington yang mendorong pemerintah untuk melakukan penyelidikan terhadap PFOA.

Pejabat EPA sendiri menolak untuk mengomentari lebih lanjut bagaimana respon lembaganya terhadap laporan tersebut. "Masih banyak yang belum kita ketahui daripada yang sudah," kata Deputi Administrator EPA Marcus Peacock.

"Hasilnya sesuai dengan perkiraan kami," imbuh Peacock.

Susan Hazen, yang membantu administrator EPA di Kantor Pencegahan Pestisida dan Zat-zat Beracun mengatakan, masih banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk memahami lebih dalam pengaruh PFOA.

Menurut Hazen dan Peacock, EPA sendiri telah berinisiatif untuk meminta DuPont dan tujuh perusahaan pembuat atau pemakai PFOA, zat turunan, dan zat kimia sejenis untuk menurunkan produksinya kelingkungan serta menurunkan tingkat kandungannya dalam produk hingga 95 persen sebelum 2010.

EPA juga berharap kalangan industri mulai melakukan upaya bersama untuk mencari pengganti PFOA dan zat kimia sejenis sehingga tidak lagi terbuang kelingkungan dan ditemukan pada produk rumah tangga sebelum 2015.

http://www.kompas.com/teknologi/news/0602/01/201259.htm

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback