Oleh, MARINA MAHATHIR
Marina is the daughter of the previous PM of Malaysia.
Her articles appear fortnightly in The Stars.
Rabu 3 Mei 2006
Seorang teman menceritakan bagaimana anak perempuannya ingin membaca Bible setelah membaca buku Da Vinci Code. Merupakan hal yang tidak jelek untuk dibuat tetapi yang dipikirkan oleh teman itu adalah bahayanya pikiran anak muda yang masih gampang terpengaruh dalam membedakan suatu kenyataan dan suatu fiksi. Mungkin juga sepertinya apa yang diperlukan adalah sejenis buku Da Vinci Code untuk umat Muslims agar timbul minat yang serupa untuk kalangan orang-orang muda Muslim.
Tetapi masalahnya adalah jika ada seseorang mencoba menulis buku sejenis seputar Islam, mereka akan dikejar, dihukum didepan umum, dan diancam hukuman mati, ribuan orang akan protes membuat kerusuhan dan orang-orang yang tidak akan pernah membacanya yang karena buta huruf ataupun tidak mampu membelinya akan mati.
Betapa berbedanya dengan agama kita. Ketika banyak orang Kristen kecewa dengan buku dan film Da Vinci Code itu, mereka meng-counternya dengan seminar-seminar dan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya untuk meluruskan apa yang ditulis di buku itu yang meskipun isinya hanya fiksi belaka. Belum ada sampai sejauh ini kerusuhan yang timbul dan orang yang mati. Yang ada malah membuat peningkatan kepercayaan.
Sangat indah jika semua orang dapat memakai cara yang sama dan mengatakan "kita cukup kuat dalam menghadapi tantangan". Jika sebuah buku ataupun film menjadi sangat terkenal, jumlah hasil penjualanannya yang sangat besar tidak akan pernah bisa dibandingkan oleh jumlah pemegang keyakinan manapun.
Secara alamiah,buku di dunia yang masih banyak orang buta hurufnya ini, merupakan barang yang masih mewah. Seperti contoh adalah film-film Amerika yang tidak peduli dengan kritikan orang-orang akan imperialisme budaya.
Saya ingat ketika ada kerusuhan atas buku The Satanic Verses yang dikarang oleh Salman Rushdie, Presiden Benazir Bhutto mengomentarinya dengan masam bahwa orang-orang yang mati atas buku itu adalah orang-orang yang tidak akan pernah membacanya, atau bahkan mendengarnya, oleh karena seseorang telah mengintimidasikan mereka untuk rusuh. Situasi yang sama baru-baru ini timbul adalah Kartun. Sama hal dalam sensitifnya, orang yang mati akibatnya merupakan hal yang sia-sia.
Intinya disini adalah bagaimana orang-orang melihat adanya hubungan antara agama dengan sikap para pengikutnya. Beberapa agama dipandang sedikit aneh karena sikap pengikutnya yang memang aneh. Beberapa agama dipandang ramah dan damai karena secara tegas para pengikutnya mempunyai keyakinan tidak akan melukai seekor lalat.
Tetapi ketika ada orang yang mengatasnamakan suatu agama tertentu rusuh, membakar dan membunuh, hal itu tetap akan mempengaruhi kesan orang lain terhadap agama orang itu, walaupun kita bersikeras menegaskan bahwa tidak ada teks didalam agama itu yang mendukung sikap-sikap diatas.
Dan sangat disayangkan bahwa akibat hal itu, kesan terhadap hal-hal lainnya seperti para pria yang didepan umum menghina wanita tanpa dicela setiap harinya, sampai dengan hal-hal lainnya akan turut mempengaruhi pandangan orang lain.
Baru-baru ini di New York, saya merasa sangat malu sekali mendengarkan seorang pria Muslim berkata kepada seorang wanita non-Muslim, "Jangan ganggu orang-orang Muslim, kita punya senjata nuklir!".
Dimana pada saat itu saya sedang berusaha untuk menghilangkan kesan kekerasan bagi umat Muslim dan dengan sekali hentakan saja, kejadian tersebut mengkonfirmasikan bahwa memang kesannya begitu.
Saya rasa, orang yang bisa menghilangkan kesan yang tidak benar tentang Muslim adalah para wanita. Sementara secara pasti ada beberapa wanita konservatif, yang jikalau mereka berbicara, mereka secara alami akan merubah persepsi karena di dunia,wanita Muslim dirasa adalah orang-orang yang terus menerus dibalik layar, sehingga suara dan kehadirannya akan pasti kita ketahui. Sangat baik sekali jika didalam beragumen mereka tetap bisa tenang dan rasional.
Sejauh ini hanya ada beberapa pria Muslim di media internasional yang mempunyai kesan baik. Kita boleh bilang bahwa mungkin media-media barat meyeleksi orang-orang yang akan diinterviewnya agar bisa mempertahankan kesan medianya, yang memang hal itu adalah kenyataan dan menjadi tantangan bagi kita semua.
Seorang pria atau wanita yang seperti kelihatan konservatif adalah lebih telegenic ketimbang orang yang kelihatannya seperti orang kebanyakan. Pada saat mencari-cari saluran TV, orang biasanya akan berhenti pada saluran yang kelihatannya lain daripada yang lainnya.
Berhenti disini berarti berusaha bersama-sama sebagai satu masyarakat dan memperbincangkan strategi apa yang akan dilakukan terhadap media yang kompleks ini. Namun sedihnya, untuk bisa menjadi satu kesatuan masyarakat yang utuh merupakan suatu tantangan tersendiri.
Jika kita bisa menjadi masyarakat global yang bisa merubah persepsi-persepsi orang terhadap kita, akan banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Orang-orang kita sendiri akan saling berpikir lebih baik dan akan timbul damai didalam. Dan karena didalam kita sendiri,kita menghargai perbedaan, maka kita bisa membuat hal yang sama terhadap orang lain. Sehingga pada akhirnya akan benar-benar tercipta kedamaian.
---------------------------------------------------------
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback