Pages

Friday, December 4, 2009

MELAHIRKAN DI KAMAR MANDI USAI DIPUKULI

(true story) (from majalah NOVA)

Satu lagi kisah ttg orang yg memiliki domestic violence...

Korban Cemburu Buta Suami
Kekejaman pria ini pada istrinya sungguh luar biasa. Empat pernikahan berantakan karena ia selalu memukuli istrinya. Yang terakhir, istrinya yang hamil delapan bulan dihajar habis-habisan. Akibatnya, sang istri melahirkan sebelum waktunya.

Perkawinan kedua Lina Wijaya (39) dengan Siek Uen Liang (45) tahun 2000 ibarat bara api yang selalu panas. Selama itu pula rumah tangga mereka tak pernah tenteram. Pangkal persoalannya, menurut Lina, adalah sikap suaminya yang pencemburu berat.



"Cemburunya tak masuk akal. Misalnya saja selama ini sayadilarang keluar rumah sendirian karena dituduh selingkuh," papar Lina pada NOVA,Kamis (9/5) di rumah Djong, adik iparnya di Surabaya.

Dikisahkan Lina, sekitar enam bulan lalu, mereka pulang bepergian dengan berboncengan sepeda motor. Sewaktu turun dari sepeda motor, "Tiba-tiba Liang menuduh saya menoleh pada lelaki di depan rumah saya. Padahal, saya sendiri tidak tahu lelaki mana yang dia maksud. Entah kenapa, sejak itu ia terus menuduh saya selingkuh dengan lelaki tersebut," ujarnya terheran-heran.

Kecemburuan Liang, menurut Lina memang amat keterlaluan. Pernah pula mereka jalan bersama untuk suatu keperluan. Tanpa sengaja, Lina menengok seorang lelaki yang ditemuinya. Ini pun sudah menjadi persoalan besar. Kalau sudah begini, suaminya akan marah-marah. "Pokoknya, saya enggak pernah menemukan lelaki seperti dia."

TAK BERANI MELAWAN
Yang lebih menyakitkan Lina, suaminya tak sekadar cemburu, namun mulai main pukul. Seakan tak ada hari yang terlewatkan tanpa pukulan dan tendangan. "Ia sama sekali tak peduli meski saya sedang hamil.

Kalau dia ingat peristiwa yang membuatnya cemburu itu, tiba-tiba saja dia memukul saya seenaknya. Tak peduli,meski di depan karyawannya," tambah Lina yang suaminya punya usaha penyepuhan dikawasan Tambak Madu, Surabaya,

Kekejaman Liang tak hanya dilakukan di rumah. Lebih gila lagi, ingatan itu bisa tiba-tiba mucul saat mereka berboncengan sepeda motor Rabu (17/4). "Begitu dia ingat kejadian itu, ia menancap gas kuat-kuat kemudian mengerem secara mendadak. Akibatnya, saya jatuh dari kendaraan. Ini buktinya, tangan saya sampai patah,"keluh Lina sambil menunjukkan tangan kirinya yang masih dibalut perban.

Puncak penganiayaan terjadi seminggu kemudian, Rabu (24/4). Kala itu, usia kehamilan Lina sudah masuk delapan bulan. Entah apa sebabnya, tiba-tiba saja Lina dihajar habis-habisan. Kali ini, bukan hanya tangan dan kaki yang bicara,tapi juga golok dan pipa besi. "Saya tidak menduga dia bakal tega melukai saya yang tengah hamil besar," sambatnya.

Setelah dipukuli habis-habisan, tiba-tiba saja, masih cerita Lina, ia diminta Liang membuka telapak tangan kanannya. Tanpa diduga, golok itu langsung diayunkan. Cres! "Tangan saya terluka sepanjang 10 cm. Bahkan, kaki saya juga dipukul pakai batangan pipa besi," ujar Lina dengan mata terpejam, seolah membayangkan betapa pedih penderitaan yang ia alami.

Kendati demikian, waktu itu Lina hanya bisa merintih kesakitan tanpa berani melawan. "Kalau dilawan, dia malah kalap seperti sebelum-sebelumnya," tambah wanita yang wajahnya masih tampak lebam-lebam. Lututnya juga masih terbalut perban.

Penderitaan Lina belum usai. Tiga hari kemudian, kekejian yang dilakukanberulang-ulang itu kembali diterima Lina. Setelah marah tanpa sebab, Liang memukuli wajah Lina berulang-ulang sampai babak belur.

Tak kuasa menahan sakit,Lina berusaha melindungi wajahnya yang terluka dengan kedua tangannya. Sungguh biadab, sang suami justru tambah beringas. "Dia menendang saya ke arah perut sampai saya terjengkang," ratap Lina.

POTONG TALI PUSAR
Meski Lina sudah tak berdaya, Liang tak menghentikan amukannya. Bahkan, semakin menjadi-jadi. Perut istrinya diduduki. Dua tangan kekar Liang menjambak rambut Lina kemudian membenturkan kepalanya ke tanah. "Saya sudah terbayang bakal mati," cetusnya pelan.

Lina sudah tak kuat lagi menahan penderitaan. Secara diam-diam, ia mengadu pada Ko Sik, teman kerja suaminya. Kebetulan sesaat setelah kejadian, Ko Sik menemui Liang di tempat kerjanya.

Ketika Ko Sik kemudian menumpang ke kamar mandi, tanpa sepengetahuan Liang, "Saya minta perlindungan pada Ko Sik. Secara singkat saya ceritakan peristiwa yang saya alami."

Selanjutnya, Ko Sik menceritakan kejadian ini pada saudara-saudara Liang. Antara lain Djong, Hendro, juga Siek Tai Ming (27), anak sulung Liang dari istri pertama. Sebelum menikahi Lina, Liang memang sudah tiga kali kawin cerai. Laporan ini diteruskan ke polisi. "Oleh polisi, kami didamaikan. Liang menandatangani surat segel dengan janji tak akan menganiaya saya lagi," tambah Lina.

Dasar memang keji, sepulang dari kantor polisi, penganiayaan itu dilakukan lagi. Kembali hajaran mesti diterima Lina. "Perut saya diduduki," ungkap Lina yang menduga hal itu menyebabkan bayinya lahir prematur. Cerita persalinan Lina begitu dramatis. Selasa (30/4) dini hari, Lina merasa akan buang air. Bersamaan dengan saat buang air, bayi itu lahir.

Panik, Lina langsung berteriak memanggil Liang. Kala itu, Liang tak kalah paniknya. Bayi yang masih merah itu dimasukkan ke dalam keranjang. "Kami bingung tak tahu cara memotong tali pusar. Liang lalu menelepon rumah sakit bersalin menanyakan cara memotong tali pusar."

Berbekal nasihat sepintas tadi, Liang berani memotong sendiri tali pusar dengan gunting. Namun, Liang tak bisa mengeluarkan ari-ari yang masih berada dalam rahim. Dini hari itu, Liang menelepon anak perempuannya dari istri terdahulu untuk mengundang bidan. "Setelah bidan datang, ari-ari bisa dikeluarkan."

PANTAS MASUK BUI
Proses persalinan Lina yang begitu menegangkan mengundang keprihatinan keluarga Liang. Bahkan, Siek Tai Ming berinisiatif kembali melaporkan ayahnya ke polisi sekaligus minta Liang ditangkap. "Selasa sore ia dibawa ke kantor polisi. Sedangkan saya harus masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Selain kondisi saya lemah, bayi saya sudah membiru," cerita Lina.

Sikap Liang yang sudah amat keterlaluan, membuat Lina tak sudi lagi menjalin hubungan rumah tangga dengan Liang. "Lebih baik saya kembali menjanda daripada diperlakukan seperti itu terus-menerus," ujar Lina sambil sesekali meringis kesakitan akibat luka di tubuhnya belum sembuh betul.

Tinggal kenangan manis yang tersisa saat Lina merajut kasih dengan Liang. Ketika pertama kali kenal, dalam pandangan Lina, Liang adalah pria yang penuh perhatian. Ia beranggapan, Liang akan mengentasnya dari jurang penderitaan.


Sebagai janda tiga anak, kehidupan Lina cukup memprihatinkan. Sejak berpisah dari suaminya tahun 1990, anak pertamanya dimasukkan ke panti asuhan di Surabaya. Sedangkan anaknya yang lain ikut ibunya di Lumajang (Jatim).

"Saya bertemu dia pertama kali sore hari setelah saya mengunjungi anak saya di panti asuhan. Waktu itu, ia sedang berada di tukang tambal ban. Dia menyapa saya dengan ramah," kenang Lina.

Sikap Liang yang simpatik membuat Lina tak keberatan bertemu lagi dengannya di lain waktu. "Hanya beberapa kali pertemuan, saya maudiajak menikah. Harapan saya, dia bisa merawat anak-anak saya."

Akan tetapi, harapan hanya tinggal harapan. Ternyata Liang tak bersedia menerima anak-anak Lina. Namun, Lina tak mempermasalahkan sampai petaka itu terjadi. "Saya beruntung, keluarga Liang malah bersedia membantu saya. Kalau tidak, mau jadi apa saya?" ujar sulung dua bersaudara ini.

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, sekarang Lina dirawat Yana (49),mantan istri ketiga Liang. Yana, mengaku mau membantu karena tak tega melihat penderitaan Lina. Terlebih lagi, ia merasa senasib dengan Lina.

Menurut Yana,apa yang dialami oleh Lina juga dialami istri-istri Liang sebelumnya. "Selama 10 tahun menikah dengan Liang, saya sering dihajar Liang. Semua ini gara-gara dia cemburu yang tak ada dasarnya. Karena terbiasa, air mata ini sampai kering. Namun, yang dilakukan pada Lina sudah amat kelewatan. Untung, Lina dan bayinya selamat," jelas ibu empat anak ini.

Hal senada juga diungkapkan Siek Tai Ming (27). Bapak satu anak ini mengaku gemas dengan kelakuan ayahnya. Itu sebabnya, ia tak ragu melaporkan ayahnya ke polisi. "Daripada keterusan, lebih baik saya laporkan polisi. Biar dia kapok. Jangan salah, yang saya lakukan ini justru kasih sayang saya pada dia.

Kalau tidak, bisa saja Lina terbunuh. Saya tak mau jadi anak pembunuh. Apalagi, dia memang suka memukuli istri-istrinya. Dari empat kali perkawinan, semuanya berantakan gara-gara semua istrinya digebuki, termasuk ibu saya," ujar Ming geram.

Dalam pandangan Ming, bapaknya memang pantas masuk bui. Selain bersikap kejam pada istri, Liang juga tak mau mengurusi anak-anaknya. "Dari empat istri, dia punya enam anak. Tapi, tak seorang pun yang diurusnya. Rata-rata ikut ibu atau neneknya," tambah Ming yang sejak kecil dirawat neneknya.

BERDALIH MENAKUT-NAKUTI
Ketika ditemui NOVA di Mapolsek Simokerto, Liang seolah tanpa beban. Ia menjawab semua pertanyaan dengan enteng tanpa rasa salah. Bahkan, pria bertubuh kekar ini sesekali cekikikan. "Saya berbuat kasar pada Lina karena dia tak menghargai saya sebagai suami," ujar Liang.

Yang dimaksud Liang, tiap kali memandang lelaki lain, Lina tampak berlebihan. "Saya, sih, enggak masalah dia melihat pria. Tapi, kalau melihatnya berlebihan,sebagai suami tentu saya tersinggung.

Bahkan, dia mulai berani main mata dengan lelaki yang lewat depan rumah. Saya lihat sendiri, kok, Lina beradu pandang dengan karyawan bengkel di depan rumah. Saya yakin mereka ada main," dalih Liang.

Kendati tanpa bukti, Liang yakin keduanya berselingkuh. Sampai berbulan-bulan sikap ini tak juga hilang. "Saya memang enggak bisa membuktikan, namun bisa merasakan. Saya semakin yakin, setiap kali bepergian, posisi anak kunci yang saya simpan sudah berubah posisi.

Saya menduga dia baru saja memasukkan lelaki lain," tuduh Liang. Ketika pergi, Liang biasa mengunci pintu dari luar. Anak kunci yang dia maksud adalah kunci cadangan yang ia letakkan di suatu tempat.

Menyangkut bentuk kekerasan yang dilakukan kepada Lina, tak semua diakui Liang. Salah satunya luka di tangan Lina. "Waktu terjadi pertengkaran, saya tak sengaja melukai, kok. Waktu saya menakut-nakuti dengan golok, tiba-tiba tangan dia menyenggol golok itu," jawab Liang terkesan asal menjawab.

Apa pun alasannya, Liang mesti menghadapi jerat hukum. Kapolsek Simokerto, AKP Suparmin, B.A., kepada NOVA, Jumat (10/5) menegaskan, dari hasil pemeriksaan pihaknya akan menjerat dengan pasal 351 tentang penganiayaan jo 356 KUHP.

Suparmin mengakui, waktu pertama kali menerima laporan ini, "Kami tak langsung menangkap tersangka. Karena suami-istri, kami minta agar diselesaikan secara kekekuargaan. Tapi ternyata tak bisa didamaikan. Kami akan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku," tegas Suparmin.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback