Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan, dialami para wanita yang telah menikah. Meski demikian, tak menyurutkan keinginan pasangan suami istri untuk memperoleh keturunan. Karena dengan proses pengobatan yang dilakukan dokter saat ini, bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Salah satu penyakit dalam proses kehamilan adalah kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan sebagai "berada di luar tempat yang semestinya".
Walaupun diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim, kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada kornu uteri. Hal ini yang membedakannya dengan istilah kehamilan ekstrauterina. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir menjadi kematian.
Etiologi:
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
Faktor risiko
- Infeksi saluran telur (salpingitis) :
Dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur
Dapat menimbulkan divertikel (penonjolan keluar berbentuk kantung), sehingga menjadi semacam jebakan bagi sel telur
- Penyakit peradangan panggul (pelvic inflamatory disease)
- Riwayat menderita kehamilan ektopik sebelumnya
- Riwayat operasi tuba
- Endometriosis
- Pemakaian hormon estrogen dan progesteron (misalnya, pada kontrasepsi)
- Cacat bawaan (abnormalitas kongenital) dari saluran telur
Dalam keadaan normal, setiap wanita (setelah menstruasinya yang pertama) mempunyai siklus bulanan yang teratur, sampai ia mengalami menopause. Dalam siklus bulanan ini, akan dilepas sel telur dari ovarium, yang siap untuk dibuahi. Sel telur akan berjalan di sepanjang saluran telur (tuba falopii), menuju ke dalam rahim.
Bila pada sekitar masa-masa itu terjadi hubungan badan, jutaan sperma yang dikeluarkan oleh pasangannya akan 'berenang' masuk ke dalam rahim untuk mencari sang telur. Umumnya, pembuahan akan terjadi di daerah saluran telur yang disebut ampula. Hasil perpaduan sperma dan sel telur itu kita kenal dengan istilah zigot.
Bila tidak ada aral melintang, zigot akan terus melaju untuk mencapai rongga rahim. Sambil melaju, terjadi pula proses pembelahan sel menjadi dua, empat, delapan, enambelas dan seterusnya. Sesampainya di dalam rongga rahim, sel-sel ini akan menanamkan dirinya pada dinding rahim untuk tumbuh berkembang lebih lanjut.
Sayangnya, harapan tidak selalu sama dengan kenyataan. Dalam perjalanan tersebut, bisa saja mereka mengalami hambatan. Hambatan tentu akan memperlambat jalannya sel telur ke dalam rahim. Akibatnya, proses pembuahan bisa terjadi bukan pada tempat seharusnya, dan atau tempat embrio tumbuh bukan di dalam dinding rahim. Hambatan bisa disebabkan oleh berbagai hal dan bisa terjadi dimana-mana.
Hambatan itu misalnya akibat :
- Terjadinya gangguan pada jumbai saluran telur (fimbriae), sehingga tidak mampu mengambil telur masuk ke dalam saluran telur
- Terjadinya gangguan pada kemampuan peristaltik saluran telur, sehingga zigot tidak dapat bergerak secara baik menuju rongga rahim
- Dengan terjadinya hambatan ini, maka hasil pembuahan (zigot) akan tumbuh berkembang di luar tempat yang seharusnya. Ia dapat tumbuh misalnya pada :
- Saluran telur (tuba falopii)
- Rongga perut (abdomen)
- Indung telur (ovarium)
- Kornu uteri
- Leher rahim (serviks uteri)
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.
Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, meliputi:
- Pemeriksaan fisik secara umum
- Pemeriksaan daerah perut (abdomen)
- Pemeriksaan rongga panggul (pelvis)
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan kadar hormon progesteron
- Pemeriksaan kadar HCG serum
- Pemeriksaan golongan darah
Kuldosentesis (pengambilan cairan peritoneal dari ekskavasio rektouterina [ruang Douglas], melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina)
Ultrasonografi (USG)
Diagnosa banding
- Usus buntu (apendisitis akut)
- Peradangan daerah panggul
Penatalaksanaan
Umumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Prognosis
Penderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.
Komplikasi
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya tuba falopii.
Sumber : Indosiar
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback