(info kesehatan)
http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2002102200274701
REUTERS (New York): Bayi atau anak kecil baru belajar berjalan yang pertumbuhannya relatif lebih cepat, memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 1 sebelum beranjak dewasa. Namun, belum diketahui secara jelas apakah risiko ini ada hubungannya dengan diet atau lamanya bayi menyusui.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan Dr Chris Patterson dan koleganya dalam Jurnal Diabetes Care terbitan terbaru.
Patterson dan koleganya dalam penelitian ini merekrut sekitar 500 anak-anak yang menderita diabetes dari lima negara Eropa, yaitu Latvia, Lithuania,Luxemburg, Wina, Austria, dan Inggris. Data-data yang dikumpulkan dari anak-anak tersebut, meliputi tinggi badan, berat, dan pola dietnya. Mereka kemudian diperbandingkan dengan data 1.300 anak-anak yang tidak menderita diabetes.
Patterson dan timnya menemukan, anak-anak dengan diabetes mengalami pertumbuhan lebih cepat semasa kanak-kanak dibanding mereka yang normal. Dan ukuran berat badan lebih memiliki korelasi dengan diabetes dibandingkan tinggi badan.
Cegah dengan menyusui
Ketika pertumbuhan diukur dengan masa indeks tubuh yang mengukur perbandingan berat badan dengan tinggi badan, ditemukan bahwa anak dengan pertumbuhan yang lebih cepat mengalami risiko diabetes dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami diabetes.
Peneliti juga menemukan bahwa menyusui dapat menurunkan perkembangan risiko penyakit ini. Kemudian mengubah bayi untuk diet ke makanan padat, formula,atau susu sapi sebelum berumur tiga bulan tidak meningkatkan risiko. Namun,sejauhmana efek pola makan ini belum diketahui dengan jelas. Patterson juga mengingatkan, orang tua jangan langsung menghentikan anaknya menyusui.
Namun begitu, dia mengharapkan studi yang dilakukannya ini jangan diinterpretasikan secara berlebihan. Karenanya orang tua seharusnya tidak membuat banyak perubahan dalam diet anak-anaknya yang berbasis penelitian ini.
"Kami tidak dapat mengatakan, membatasi berat badan anak pada awal masa pertumbuhan akan langsung mengurangi risiko diabetes tipe 1," katanya seraya menyatakan penelitian seumpama potongan-potongan gambar dalam permainan menyusun sebuah gambar utuh, sehingga perlu dilakukan penelitian lain.
Patterson mengakui, sulit mengaplikasikan hasil penelitiannya itu ke negara lain, seperti Amerika Serikat, meskipun telah menggunakan anak-anak asal lima negara Eropa dari ras kaukasoid. Pasalnya, di AS populasi orang hitam dan hispanik cukup banyak.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, diabetes tipe 1 sendiri disebabkan karena sistem kekebalan tubuh justru menyerang dan menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin. Akibatnya orang yang terkena diabetes tipe 1 mesti diberi injeksi hormon insulin sintetis untuk bisa bertahan hidup.
Insulin adalah hormon yang mengubah gula darah (glukosa) ke bentuk gula yang bisa disimpan tubuh (glikogen). Ketiadaan hormon ini membuat kadar gula darah meningkat karena glukosa tidak diubah.
Sementara itu, lanjutnya, Pusat Pencegahan dan Pengontrolan Penyakit AS memperkirakan satu dari 400-500 anak-anak menderita penyakit diabetes tipe 1. Jumlah ini berarti 5-10% dari semua kasus diabetes.
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback