Pages

Thursday, November 19, 2009

Menyelami Keindahan Kesedihan

(thoughtful) Penulis: Gede Prama
Tidak bisa ditolak, tidak bisa diusir, apa lagi dipasangi pagar besi, ada saat-saat di mana sahabat kehidupan yang bernama kesedihan datang berkunjung. Ada saja jalan dan cara yang menyebabkan kesedihan datang berkunjung. Itu juga yang kadang terjadi dalam sepenggal perjalanan kehidupan saya.

Kematian Ayah, Ibu dan Ibu mertua dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama sempat membuat tumpahnya air mata yang tidak sedikit. Lebih-lebih sebagai anak bungsu yang mengenal orang tua dalam kurun waktu yang paling pendek.

Ada rangkaian hutang yang belum puas untuk dibayar. Ada hawa-hawa rindu seoramh anak yang belum sepenuhnya terobati. Tetapi apapun yang terjadi, tetap perpisahan di tingkat tubuh fisik melalui kematian harus dijalani.

Ketika masih menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan dengan dua ribuan karyawan, pernah ada seorang teman lama dan dekat yang ?memecat? saya. Ketika diminta tolong untuk mencarikan orang (sahabat ini seorang head hunter), dan penawarannya ditawar, ternyata niat untuk minta discount berujung pada surat putus hubungan. Dan ketika dihubungi lewat telepon,kata-kata yang muncul tidak membukakan pintu maaf. Lagi-lagi kesedihan berkunjung.

Demikian juga tatkala seorang sahabat mengirimkan e-mail karena tersinggung akibat serangkaian miskomunikasi yang dilakukan anak buah. Hanya karena persoalan sponsorship hampir saja saya kehilangan seorang sahabat.

Dan untungnya sang kesabaran menuntun saya untuk menelpon, mendengarkan, meminta maaf dan akhirnya bisa diselesaikan. Namun, kesedihan terlanjur mengintip di pintu kehidupan sana.

Ada memang teman yang menyebut kehidupan demikian dengan kehidupan yang terlalu sensitif. Dan apapun sebutannya, tidak ada orang yang bisa menolak berkunjungnya kesedihan.
___________________________________________________


Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback