Pages

Tuesday, June 9, 2009

Senang Mengeluh

[Story] the whiners dari millist tetangga..
semoga berguna
====================

We are the Whiners
Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Diving Bell and the Butterfly).

Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam botol'. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak.

Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.

"Bukan main", kata Anda. Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari.

Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Jadi, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hamper tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!"

  • Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu? "
  • I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth".

Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi kita yang masih bisa makan bakmi, ngga usahlah Bakmi Gajah Mada, indomie yang Rp 500 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun. We are the constant whiners.

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.

Jadi, betapapun kemelutnya keadaan kita saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, saya yakin kita masih bisa menelan ludah.

Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas. Kata orang bijak, "Think and Thank", berfikirlah dan kemudian bersyukurlah.

  • bahagia&sengsara , ternyata adalah sebuah pilihan
  • Ternyata bahagia dan sengsara adalah juga sebuah pilihan.

-----------------
Reframing adalah upaya untuk membingkai ulang sebuah kejadian, dengan mengubah sudut pandang.

  • Orang sering menyebutnya berpikir positif.
  • Petik manfaatnya, ambil hikmahnya.
  • Maka, sesuatu yang negatif bisa tampak bermanfaat dan membahagiakan.
  • Istri yang cerewet, misalnya, tentu ada sisi positif yang bisa dipetik.
  • Sebab,menurut riset, kecerewetan itu membuat anak-anaknya cenderung punya kosakata lebih kaya dan variatif.

Cerita lain diungkap Wiwoho tentang seorang bankir yang keras kepala. Istrinya sangat penurut dan manis terhadap anak-anaknya. Ia punya seorang gadis yang punya sifat kombinasi ayah-ibu. Gadis itu menganggap ayahnya jahat sedangkan ibunya paling baik di dunia. Anehnya, si gadis punya perilaku seperti ayahnya: keras kepala!

Yang jadi soal, pria ini menyalahkan istrinya yang dianggap tak mampu mendidik sehingga anak gadisnya keras kepala. Dan, ia tak menyukai perilaku itu. Problem ini dikonsultasikan pada seorang terapis. Lalu bankir itu diminta mencermati anak gadisnya yang keras kepala dan hidup mandiri.

Keras kepala itu, ''Sesuatu yang bisa menyelamatkan kehidupannya kelak. Bayangkan, betapa berharganya pelajaran Anda bila pada suatu saat anak gadis Anda diajak kencan pria yang bermaksud jelek. Dia akan menolak satu kali,10, atau 1.000 kali dengan mengatakan 'tidak'. Karena dia keras kepala, sekali bilang 'tidak' akan tetap tidak selamanya,'' ujar si terapis.

Bum!
Bankir itu tersentak. Seketika ia ''mengubah'' sudut pandang. Si anak sendiri tidak berubah. Dunia tidak berubah, tapi persepsi kita yang berubah. Walhasil, senangkah Anda punya anak keras kepala? Tentu saja senang, kalau konteksnya dia mempertahankan religiusitas, nilai-nilai moralitas, dan harga diri.

Memang, ada sisi rasional dan ada sisi spiritual. Ini kisah seorang ustad tentang seorang prajurit yang mengeluh bergaji kecil, sementara keluarganya menuntut sejahtera. Tapi ia tak sudi dijuluki ''batalyon 701'' alias dating pukul 07.00 untuk apel, setelah itu kosong karena ngobyek, dan pukul satu siang kembali untuk apel pulang.

Tuntutan ini diperparah oleh putra si prajurit yang minta dibelikan motor. Si ustad yang juga tentara itu menyarankan agar si prajurit mengolah saja lahan kosong di belakang asrama. ''Hasilnya bisa untuk kamu,'' katanya.

Oke. Kebun itu ditanami dengan semangka. Tiap hari disirami dan dirawat. Celakanya, begitu semangka mau dipetik, sekelompok babi hutan mengacak-acak. Ratusan buah semangka dedel-duel. Prajurit itu lemas, mau nangis. Cobaan hidup tiada habis. Sepertinya, Tuhan tidak merestui. Mau membahagiakan anak saja, kok, susah!

Berminggu-minggu ia membangun harapan, musnah semalaman oleh babi hutan. Menghadapi ''gugatan'' itu, si ustad melihat dari sini lain. Kegagalan panennya itu bukan bentuk kemurkaan Allah. ''Ini justru cinta Allah pada keluarga Bapak. Mahal mana, semangka atau anak Bapak,'' tanya ustad. Anak
SLTP semata wayang itu tentu lebih disayangi.

''Seandainya buah semangka itu jadi dipanen, dan hasilnya dibelikan motor,apa tidak malah membuat repot? Motor ini pasti dipakai kebut-kebutan bersama teman-temannya,'' kata si ustad. Motor itu bisa mencelakainya. Mulut bapak dan anak itu seakan terkunci. Gugatannya pada Allah jadi cair.

  • Hidup ini memang pilihan.
  • Bahagia atau sengsara juga pilihan.

Namun rasanya lebih sreg bila bukan hanya disikapi dari sisi rasio, juga spiritual yang melibatkan nurani.

Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback