Pages

Tuesday, June 9, 2009

Kemarahan

(thoughtful) Oleh : Rollam Handerson

Setiap orang memiliki emosi, baik gembira, senang, sedih, marah,susah, dll. Emosi hampir setiap hari ada di setiap saat, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain. Tanpa disadari kita terkadang dalam bertindak dan berbicara dengan orang lain disertai emosi yang kurang baik, misalnya marah.

Padahal kemarahan sama sekali tidak memberikan keuntungan baik ke pelaku maupun si penerima. Kemarahan hanya memancing tindakan-tindakan negatif yang merugikan diri sendiri. Karena kemarahan adalah sebuah emosi maka kemarahan sebenarnya dapat kita kendalikan.

Apa itu kemarahan ?
Kemarahan merupakan emosi yang tidak baik dan merusak. Kemarahan bagaikan makhluk jahat yang bersembunyi di dalam tubuh kita, dia menunggu saat yang tepat untuk membakar dan menguasai kehidupan. Orang yang dikuasai kemarahan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri sehingga dapat merusak fisik dan mental dari dirinya sendiri.

Sewaktu marah, kita menuruti makhluk yang bernama kemarahan dan kita kehilangan kesadaran kita sendiri. Nanti setelah reda, barulah kita dapat menyadari apa yang telah kita lakukan atau ucapkan. Semua yang telah dilontarkan tidak selalu dapat diselesaikan dengan kata-kata maaf. Oleh karena itu ada sebuah ungkapan yang mengatakan "Orang yang sedang marah adalah orang yang membuka mulutnya dan menutup matanya".

Kemarahan dapat tinggal di dalam diri kita selama bertahun-tahun tanpa kita sadari. Kemarahan yang kita biarkan membuat kita sering marah, sehingga kita pun mendapat julukan baru, misalnya si pemarah,si BT atau si penuntut.

Kalau dibiarkan keterusan, tanpa sadar marah akan dianggap sebagai alternatif penyaluran emosi yang timbul. Menurut saya, orang yang pemarah adalah orang yang perlu dikasihani karena mereka sebenarnya tidak mampu menghadapi masalahnya sendiri.

Efek negatif yang ditimbulkan oleh kemarahan
Kemarahan seperti menyimpan uang di bank yang menghasilkan bunga,kemarahan yang tersimpan akan menghasilkan buah yang pahit. Buah yang pahit inilah yang kita petik kalau kita marah, mungkin tidak terasa dampaknya.

Semakin sering kita marah maka semakin banyak buah pahit yang dihasilkan. Semakin tinggi emosi kita maka semakin pahit juga buah yang dihasilkan.

Seorang manajer yang memarahi staffnya, tidak harus berkali-kali tetapi meski cuma sekali dapat menyebabkan perusahaan kehilangan staff yang baik dan setia. Hal ini berarti kerugian bagi perusahaan dan si manajer itu sendiri. Kejadian yang sama dapat terjadi di dalam organisasi maupun keluarga.

Dalam kasus lain, kemarahan juga menyebabkan kehilangan nama baik seseorang. Pengucapan kata-kata kasar atau tindakan kekerasan sebagai perwujudan dari kemarahan yang dilakukan di depan publik menyebabkan kehilangan nama baik si pelaku. Masih jelas di ingatan, "adu jotos" oleh anggota DPR yang kita simak di televisi.

Kalau kita bekerja di sebuah perusahaan, kemarahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kita kehilangan pekerjaan dan relasi. Menurut saya tidak ada orang yang suka berteman dengan orang pemarah. Lebih jauh lagi, kemarahan dapat menyebabkan kita kehilangan kekasih dan pasangan hidup.

Kemarahan juga merusak kesehatan, karena kemarahan menyebabkan stress yang berlebihan yang menyebabkan seribu satu macam penyakit. Pada akhirnya kemarahan dapat melenyapkan diri kita sendiri.

Seseorang yang pemarah adalah seorang yang dungu dan non-sense karena tidak memikirkan orang lain tetapi hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak mampu berkomunikasi dengan orang-lain secara baik dan mengandalkan emosi untuk berkomunikasi. Omongan orang pemarah dapat dianggap non-sense karena dia senantiasa dikuasai oleh kemarahan bukan kesadaran.

Mengendalikan kemarahan
Kemarahan dipicu oleh banyak hal, misalnya : hinaan, kekesalan,ketidakadilan dan tindak kekerasan sehingga menimbulkan keinginan untuk membalas atau menyerang balik. Lucunya, terkadang "serangan balik" yang dilancarkan bukan kepada orang yang menimbulkan kemarahan tetapi kepada bawahan atau staff atau pihak yang lemah yang tidak mengerti apa- apa.

Setelah memarahi orang, apa yang kita dapatkan ? Apakah kepuasan pribadi ? Menurut saya tidak, kita akan semakin dibenci orang karena kita menanam benih kebencian kepada orang lain. Kebencian itu akan datang kembali ke diri kita sendiri. Kegelapan tidak dapat diatasi dengan kegelapan melainkan dengan terang. Demikian juga kebencian tidak dapat dikalahkan dengan kebencian , melainkan dengan cinta kasih.

K. Sri Dhammananda dalam buku Hidup Sukses dan Bahagia mengatakan : "Lihatlah kemarahan itu sebagai satu keadaan mental,tanpa mengarahkannya pada objek yang menyebabkan timbulnya rasa marah itu."

Ada orang menyimpan kemarahan seperti ukiran pada batu karang yang keras. Orang seperti ini menyimpan kemarahan di dalam hatinya dalam waktu yang lama. Ada juga yang menyimpan kemarahan seperti tulisan pada pasir, bedanya adalah kemarahan di dalam hatinya cepat berlalu. Orang yang lain menyimpan kemarahan seperti menulisi air, kemarahan hanya singgah sejenak di dalam hatinya.

Orang yang terakhir menyimpan kemarahan seperti menulisi angin, mereka tidak membiarkan dirinya terpengaruh dengan kemarahan. Supaya kita dapat menjadi orang yang terakhir, maka resepnya adalah kendalikan pikiran, tindakan dan kata-kata supaya kita tidak terpengaruh oleh kemarahan.

Resep lain yang lebih praktis untuk mengendalikan kemarahan adalah metode mengulur waktu yang diperkenalkan oleh Thomas Jefferson : "Jika marah hitung sampai sepuluh sebelum melepaskan kata-kata. Jika sangat marah hitunglah sampai seratus." Metode ini berguna untuk menahan kita melepaskan amarah.

Resep yang tidak kalah menarik adalah mencatat apa yang kita rasakan ketika kita marah sehingga kita dapat menemukan faktor-faktor pemicu kemarahan kita. Menurut Jerry L, Deffenbacher Ph.D, dosen psikologi di Colorado State University di Fort Collin, "Itu memberi Anda kesempatan untuk menenangkan diri, mempelajari segala sesuatunya, dan bereaksi secara lebih rasional. Dan Anda akan merasa mampu mengendalikan diri dengan menghentikan konfrontasi langsung."

Dalam sebuah cerita dari internet, dikisahkan seorang anak yang sering melontarkan kata-kata kasar kepada orang lain. Kebiasaan ini dilakukannya tanpa ia sadari sehingga sang ayah menasihatinya agar mengurangi kebiasaan marahnya dengan cara menancapkan sebuah paku ke sebuah papan kayu yang sama setiap kali dia marah. Dengan demikian dia si anak mulai dapat menghitung jumlah kemarahannya setiap hari.

Hari demi hari, kebiasaan marah si anak juga semakin berkurang sehingga pada suatu hari dia berhasil untuk tidak menancapkan sebuah paku pun ke papan tersebut. Keberhasilan ini segera dia kabarkan kepada ayahnya. Katanya, "Ayah, saya telah berhasil mengurangi kemarahan saya sampai 0, mulai hari ini saya tidak perlu lagi menancapkan paku lagi karena saya berhasil mengendalikan kemarahan saya !"

Ayahnya tersenyum bijak atas keberhasilan anaknya dan berkata : "Oke,kalau begitu cabutlah semua paku dari papan dan mulai besok kamu tidak perlu lagi menancapkan paku." Si anak mencabuti semua paku dari papan dan setelah selesai, sang ayah berkata lagi, "Lihatlah lubang bekas tancapan paku pada papan, paku adalah kemarahanmu dan lubang-lubang itu adalah luka pada hati orang lain yang kamu marahi."

Cerita ini mengandung arti yang dalam untuk mengingatkan kita bahwa pengaruh kemarahan bukan hanya ke diri sendiri tetapi juga ke orang lain berupa luka di dalam hatinya. Luka ini memperlihatkan betapa besar efek negatif kemarahan dari pelaku ke penerima.

Kemarahan juga dapat dicegah dengan cara pengendalian watak yang lebih baik seperti yang dikemukakan oleh K. Sri Dhammananda. Salah satu caranya adalah dengan mengulang kalimat-kalimat ini di dalam hati setiap hari :

"Saya mampu mengendalikan kemarahan,
saya mampu mengatasi gangguan,
saya akan tetap sejuk dan tak akan terbakar,
saya akan kokoh seperti karang,
tak goyah oleh kemarahan,
saya berani dan penuh dengan harapan"

Dengan mengulangi kalimat-kalimat ini, baris demi baris, kita bisa menguatkan pikiran dengan meraih kepercayaan diri dan ketenangan pikiran.

Menyalurkan kemarahan secara benar
Kemarahan sama dengan jenis-jenis emosi yang lain dimana emosi tersebut tidak harus dilenyapkan tetapi harus dikendalikan atau disalurkan dengan benar. "Apabila perasaan marah ditangani secara benar kita dapat mengurangi atau menghindari masalah-masalah hubungan sosial dan kesehatan yang bisa muncul karenanya, " kata Dr. Mara Julius, Sc.D, ahli ilmu epidemi psikososial di Univesity og Michigan School of Public Health.

Kemarahan dapat disalurkan secara benar sebagai berikut :

  • Cari tempat berbagi rasa
    Sebelum kita memutuskan untuk bertemu kembali dengan orang yang membuat kita marah, kita dapat berbagi rasa (curhat) dengan orang-orang yang dapat kita percaya untuk mengungkapkan perasaan marah. Perlu diingat, curhat bukan berarti mencari perkara baru dengan teman curhat Anda tetapi sekedar berbagi perasaan. Curhat membuat kita lebih rileks dan dapat membicarakan masalah-masalah yang menjadi pemicu kemarahan tanpa rasa marah.
  • Cari kegiatan
    Kegiatan untuk melepaskan energi kemarahan adalah melakukan aktifitas fisik seperti olahraga. Setelah capek, kemarahan akan berkurang dan pikiran kita akan jernih kembali. Selain aktifitas fisik, latihan pernapasan, relaksasi atau meditasi dapat membuat kita menjadi tenang kembali.

Kemarahan dari sisi penderita
Kemarahan yang dilontarkan oleh orang lain kepada kita dapat disikapi dengan dua hal, yaitu mengoreksi diri sendiri atau menolaknya. Ada berbagai macam cara untuk menghadapi kemarahan, tetapi yang pasti tidak membalas kemarahan dengan kemarahan pula.

Dari sisi penderita, mendapatkan marah dari atasan atau pimpinan merupakan hal yang tidak mengenakkan hati. Usahakan untuk melakukan pekerjaan atau tugas dengan sebaik-baiknya supaya tidak mendapatkan marah. Seringkali atasan atau pimpinan tidak dapat menegus dengan baik tetapi harus dengan marah.

Jika kemarahan tersebut tidak dapat ditolerir lagi putuskanlah untuk mencari pimpinan atau atasan yang lain saja, tanpa perlu terpancing untuk membalasnya. Kita bukan penyaluran emosi seseorang dan tidak perlu membalasnya.

Kemarahan yang timbul karena aturan yang unik
Guru matematika SMU saya pernah mengatakan bahwa dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kemarahan juga memiliki aturan yang unik ; yaitu dimulai dari level atas dan berlanjut sampai ke level bawah.

Jadi jangan heran kalau tiada angin tiada hujan, kita sebagai bawahan mendapat `semprot' secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Kemarahan seperti ini adalah hanya penyaluran emosi saja yang tidak perlu kita tanggapi secara serius.

Kemarahan yang tanpa sengaja kita timbulkan
Ketika sedang berjalan di dalam sebuah gerbong kereta api, seorang anak muda tanpa sengaja menginjak kaki seorang penumpang. Meskipun sudah meminta maaf, anak muda itu tetap saja dimaki-maki.

  • "Pak, " kata anak muda itu, "tak bisakah Bapak menerima kejadian yang tidak sengaja ini ? Jika Bapak tetap tidak puas, Bapak boleh menginjak kaki saya kalau Bapak suka." Kata-kata ini menyadarkan penumpang itu. Ia merasa malu dan berhenti memaki-maki.

Kemarahan yang tanpa sengaja kita timbulkan, jangan dibalas dengan kemarahan pula tetapi dengan pengorbanan atau sikap yang bijak sesuai dengan prinsip cinta kasih. Dengan cara demikian kemarahan itu akan lenyap.

Kemarahan yang tidak perlu ditentang
Suatu ketika seekor babi hutan memutuskan untuk menjadi raja hutan. Jadi bangkitlah ia dari kubangan tempat ia beristirahat, menuju singa raja binatang buas dan menantangnya bertempur. Tentu saja singa hanya memandang sekilas kepada makhluk bau ini, mengabaikannya, dan berlalu tanpa merasa perlu membalas tantangannya.

Cerita ini memberikan gambaran bagaimana orang bijaksana tidak menghabiskan waktu mereka dengan melayani gangguan orang-orang bermental rendah.


Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback