Pages

Monday, May 25, 2009

PERUMPAMAAN PETANI YANG BIJAK

(thoughtful story) By Juan M. Flavier

Petani itu dikenal dikawasan itu dan diseluruh kerajaan sebagai seorang yang arif nan bijak. Lambat laun, ia kian terkenal dan dijuluki sebagai sang petani yang bijaksana. Ia tidak pernah kesekolah tetapi ia memiliki kebijakan alami. Penjabaran segala alasan2 dan cara berpikirnya amat sangat dikagumi.

Suatu hari, petani bijaksana ini tanpa disengaja menemukan sebutir batu merah delima sebesar biji mente. Tanpa tahu harus mengembalikannya kemana dan kepada siapa, ia memutuskan untuk menyimpan batu mulia ini. Ia tahu, soal kehilangan batu ini pasti segera akan diumumkan.

Wah, betul sekali, sebuah proklamasi diumumkan mengenai terhilangnya batu delima sang Kaisar. Batu ini ternyata bagian dari hiasan mahkota Kaisar. Pengumuman disertai keputusan pemberian hadiah besar apabila sipenemu mau mengembalikannya dalam tempo 30 hari. Selewat jangka waktu itu, sipemegang akan dihukum penggal kepala.

Petani bijak ini mendengar soal pengumuman itu tetapi memutuskan akan mengembalikannya pada hari ke 31. Menghadap Kaisar, petani bijak ini menundukkan kepalanya dan memberikan batu delima itu pada pemilik sahnya. "Hai, tidakkah kau dengar keputusanku membatasi pengembalian dalam waktu 30 hari agar dapatkan hadiah besar itu?" suara sang Kaisar menggelegar. "Dan bahwa selewatnya itu berarti hukuman mati?"

Benar, Paduka...," jawab petani bijak ini halus merendah. "Hamba ini memang mendengarnya pada hari pertama. Tapi hamba memutuskan mengembalikan batu delima ini pada hari ke 31 karena alasan tertentu. Sekiranya hamba serahkan kembali dalam kurun 30-hari itu, bisa2 Paduka menganggap hamba ini berbuat demikian hanya karena dasar ketakutan. Jadi hari inilah baru hamba pulangkan dan ini karena Allahku yang mengajar hamba untuk jadi jujur."

  • "Hah, terberkatilah Allahmu," seru Kaisar itu. "Kini kau harus menunjukkan padaku Allahmu, kalau tidak aku terpaksa harus mengeksekusimu."
  • "Baik, baiklah," kata petani bijak itu, "Besok siang hari akan hamba lakukan itu, paduka yang mulia." Esoknya, tepat panas2nya tengah hari, Kaisar disertai jajaran Kementerian Hukum dan Pengadilannya, menghadapkan si petani itu.
  • "Nah, sekarang kau tunjukkan mana Allahmu," perintah sang Kaisar.
  • "Paduka Kaisar mohon langsung menatap matahari diatas itu selama lima menit dan nanti pastilah Allahku akan terlihat."

Kaisar dan seluruh jajaran pembantunya menengok keatas dan menatap matahari. Dalam beberapa detik, mata setiap orang cepat sekali terasa sakit,perih pedas sekali.

  • "Aku tidak tahan, mana bisa ini!" teriak sang Kaisar.
  • "Wah,kalau begitu paduka kan tak bisa melihat Allahku," petani bijak itu menerangkan. "Kalau paduka tidak tahan menatap sinar kilau terang benderang cahaya matahari saja, ya paduka tidak bakalan mampu, dan mana bisa mau melihat kemuliaan dan kebesaran Allah," petani bijak itu meneruskan.

Karena [omonganmu yang kurang ajar] ini aku mestinya bisa nyuruh orang memenggal kepalamu segera. Tapi sebab dan untuk mengembalikan batu delima itu,aku akan memberimu peluang adil agar diselamatkan oleh Allahmu. Aku akan menaruh 2 lembar kertas potongan dalam sebuah kotak. Satunya akan bertuliskan kata 'Bersalah' dan pada lainnya 'Tidak salah'. Apapun dan manapun yang kau pilih, itupula nanti bunyi keputusan nasibmu."

Petani bijak itu tahu bahwa kedua lembar kertas itu akan sama bertuliskan kata2 'Bersalah'. Ia tahu itu cara Kaisar [yang licin] untuk memastikan ia bakal bisa dipenggal. Itu pun sebuah jalan untuk menjelek-jatuhkan Allahnya. Pembantu pengadilan membawa sebuah kotak pada petani itu yang memilih sehelai kertas. Cepat2 ia masukkan kedalam mulut dan langsung ditelannya.

  • "Lhooo, apa2an ini, kenapa kau lakukan itu?" sipembantu tadi menjerit.
  • "Lha sekarang ini gimana caranya kami bisa menentukan keputusan nasibmu?"
  • "Ahhh, mestinya tidak sulit," jawab petani bijak itu. "Coba ambil dan lihat saja didalam kotak, apa yang tertulis dikertas satunya itu. Apapun bunyi yang tertulis merupakan kebalikan dari apa yang tadi kupilih dan aku telan."

Pembantu tadi mengambil sisa kertas satunya dari kotak dan membacakan keras2, "Bersalah!" Jadi terbuktilah petani bijak tadi benar2 tidak bersalah.
______ooJMoo______

Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback