(Vera Fortune, Woman's World - Chicken Soup for the Christian Soul)
Dengan memiliki nama seperti Vera Fortune, orang-orang sering menggoda saya dengan memanggil Good Fortune. Saya sendiri merasa demikian,terutama ketika saya sedang bersama 14 cucu yang merupakan berkat bagi saya.
Anak-anak itu, berusia dua sampai 14 tahun, adalah cahaya-cahaya dalam kehidupan saya. Saya menikmati berada bersama mereka untuk melihat semua yang mereka lakukan, dari perlombaan lintas alam yang diikuti si Jacob yang berusia 13 tahun hingga pertunjukan balet yang disajikan si Danielle dan si Katie yang berusia 7 tahun. Senyum mereka selalu membuat saya merasa beruntung karena hidup.
Tapi sekarang saya bahkan merasa lebih beruntung lagi. Karena belum lama berselang, ketika seolah-olah keberuntungan saya telah habis,beberapa orang asing menyelamatkan saya tepat pada waktunya. Saat itu sedang turun hujan, dan saya bergegas dari kantor menuju kerumah anak laki-laki saya, Rob, untuk mengawasi anak-anaknya - Jacob,Michelle dan Matthew.
Di persimpangan jalan, saya melihat sebuah Jeep di jalur yang berlawanan bergerak menuju ke arah saya. 'Jeep itu pasti akan berhenti,' saya berkata pada diri saya sendiri.
Saya tidak tahu apakah pengemudinya tidak melihat saya berbelok hingga sudah terlalu terlambat, tapi tiba-tiba saya sadar bahwa mobil itu tidak akan berhenti.
"Tidak!" teriak saya ketakutan ketika kami bertabrakan. Yang saya ingat sebelum saya kehilangan kesadaran hanyalah benturan antara logam dan logam. Saya kemudian mengetahui bahwa tabrakan itu menyebabkan mobil saya berputar keras tak terkendali dan masuk ke lapangan berumput.
Beberapa detik kemudian saya siuman. Saya merasakan sesuatu mengalir menuruni kening saya: darah! Namun jantung saya masih berdetak. 'Saya masih hidup,' saya menghembuskan nafas lega. Kemudian mata saya mulai terfokus. Dari kaca depan mobil saya melihat air yang banyak.
Dalam kengerian, saya menyadari bahwa mobil saya sedang bergulir ke arah danau.
"Tidak!" teriak saya lagi. Saya menghentakkan kaki saya ke pedal rem,namun ada rasa sakit yang menghantam kaki saya. 'Pergelangan kaki saya patah!' Kemudian saya mendengar suara ceburan yang sangat keras, dan mobil saya mulai terbenam.
'Tuhan tolonglah saya!' Saya tergagap-gagap dalam ketakutan sementara air seketika naik di atas pintu. 'Tetap tenang,' kata saya pada diri saya sendiri. 'Danau ini mungkin tidak dalam. Bahkan dengan pergelangan kaki yang patah, engkau dapat tertatih-tatih keluar dari sini.'
Namun ketika saya menarik pegangan pintu, pintu tidak bergerak sedikit pun. 'Merangkak keluar dari jendela!' teriak suara yang ada di kepala saya. Saya menurunkannya, namun air segera masuk, dan ketika saya berusaha untuk menutupnya kembali, jendela itu macet.
'Apa yang harus saya lakukan?' pikir saya, mencoba melawan kepanikan yang meremas-remas hati saya sementara air sedingin es mulai menggenangi lutut dan bergerak menaiki pinggang saya.
Ketika air merambat semakin tinggi, dalam kengerian saya sadar bahwa saya akan tenggelam. 'Pasti ada seseorang yang melihat tabrakan tadi,' saya berkata pada diri sendiri. 'Bantuan pasti akan segera datang.' Namun saya tidak mendengar bunyi sirene, tidak ada suara orang-orang yang bergegas menyelamatkan saya - hanya hujan dan air yang berpusar di sekitar saya.
Karena panik ingin meloloskan diri, saya mencoba memaksakan tubuh saya keluar melalui jendela yang setengah terbuka. Tidak mungkin. Namun saya dapat menarik kepala saya sedikit di atas permukaan air. "Tolong!" teriak saya.
Tiba-tiba air masuk ke dalam mulut saya ketika mobil tenggelam semakin dalam. Sambil terbatuk-batuk, saya menyelam dan menyembulkan hidung saya keluar demi beberapa inci udara yang tersisa. 'Jangan biarkan saya mati!' doa saya.
Sementara detik-detik berlalu, air yang dingin mulai membekukan kaki dan lengan saya. 'Berapa lama lagi sebelum saya menjadi terlalu lemah untuk mengangkat kepala saya?' Saya khawatir, hati saya dipenuhi keputusasaan.
Tiba-tiba wajah-wajah keluarga saya berkelebat di hadapan saya. Saya memikirkan akan segala yang akan saya lewatkan jika saya meninggalkan mereka sekarang. Saya tidak akan sempat melihat Kelsey dan Ellie,keduanya berusia lima tahun, mulai memasuki taman kanak-kanak mereka.
Saya ingin berada di sana ketika Jessica yang berusia 14 tahun, yang bercita-cita menjadi penyanyi gereja, memenuhi impiannya. Si kecil Michelle akan segera menjalani ujian ban hitam dalam kelas karatenya. "Engkau akan berada di sana 'kan, Nek?" tanyanya.
"Saya tidak boleh mati!" tangis saya. "Ini terlalu cepat!"
Di saat saya sedang menyampaikan doa-doa saya ke surga, Michael Brown,seorang supir truk, melihat Jeep yang hancur itu. Setelah memeriksa pengemudinya, yang hanya mendapat luka-luka ringan, ia bertanya-tanya,'Di manakah mobil yang lainnya?'
Tiba-tiba ia melihat sinar. Mungkin itu hanya pantulan pada kaca mobil saya. Mungkin itu adalah tanda dari atas, yang mengatakan kepadanya dimana harus mencari saya. Ia lari menuju tepi air dan terjun ke air, namun sepatu boot kerjanya memberatkannya dan ia harus kembali ke tepian.
Tapi takdir - atau mungkin Tuhan - ikut campur tangan. Patrick Downey,seorang pekerja dari United Way, mengambil rute perjalanan pulang yang berbeda malam itu. Dan Ken LaPine, seorang direktur pertamanan bekerja lembur malam itu. Merupakan berkat bagi saya bahwa mereka berdua berada di jalan itu di saat saya membutuhkan mereka.
Mereka melihat Michael di air, dan ketika ia berteriak, "Ada seseorang di bawah sana!" mereka semua melepaskan jaket dan sepatu mereka dan segera menyelam.
Dibingungkan oleh ketakutan dan rasa dingin, saya tidak menyadari akan adanya usaha-usaha yang sedang dilakukan untuk menolong saya.
Ken mencoba membuka pintu belakang, namun terkunci. Patrick menarik pintu pengemudi. Dengan sangat ajaib, pintu itu terbuka dan saya mendengar perintah, "Berikan lengan Anda." Saya sudah terlalu kaku untuk bergerak.
Tapi bagaikan seorang malaikat,Patrick mengulurkan tangannya dan dengan tarikan yang kuat ia menarik saya ke permukaan. "Saya bebas!"saya tergagap-gagap, dengan rakus
menghirup udara sedalam-dalamnya. Patrick dan Ken berenang ke tepian, masing-masing memegang salah satu lengan saya, dan beberapa paramedis menuntun saya ke sebuah ambulans.
Di rumah sakit saya didiagnosa terkena hypothermia, pergelangan kaki yang hancur, sebuah tulang iga yang retak, dan sobekan-sobekan dikepala. "Saya berhutang nyawa kepada kalian," sambil menangis saya berkata demikian kepada para malaikat saya ketika mereka berkunjung.
Namun setelah saya tiba di rumah dan menerima ciuman dari cucu-cucu saya, rasa-rasanya kata-kata saja tidak cukup. Oleh sebab itu, saya mengundang Orang-orang Samaria yang Baik itu untuk makan malam bersama seluruh keluarga sehingga mereka dapat melihat betapa berartinya apa yang telah mereka lakukan untuk saya.
Ketika anak-anak saya berterima kasih kepada Michael, Patrick dan Ken, pahlawan-pahlawan saya tersenyum dengan bangga. Namun sementara satu demi satu, 14 anak-anak meletakkan tangan-tangan mereka yang kecil ke dalam tangan-tangan ketiga pria itu
yang besar dan berkata, "Terima kasih karena telah menyelamatkan nenek saya," tidak ada satu mata pun yang tidak basah.
Saya percaya Tuhan menempatkan mereka di jalan itu untuk menyelamatkan saya. Dan terima kasih untuk para malaikat saya hingga saya dapat hidup menyandang nama Good Fortune. Saya telah diberi kesempatan kedua untuk hidup bersama keluarga saya.
regards,
Yenny
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback