(inspirational story) Dinasti Han Timur 25 sampai 220
Dalam sebuah kebuntuan militer, bagaimana anda dapat memiringkan Keseimbangan sehingga menguntungkan anda? Kisah ini, yang terjadi semasa dinasti Han mungkin
memberikan satu pemecahan.
Pada awal abad pertama, semasa kekacauan politik dan kehancuran besar-besaran,kaisar yang baru Han-Gwon Wu mengirimkan beberapa dari para jenderaInya yang paling cakap untuk mengalahkan sekelompok pasukan pemberontak yang sangat kuat.
Pasukan-pasukan mereka saling berhadapan. Setelah beberapa pertempuran, tentara kekaisaran mengalahkan para pemberontak itu dan akhirnya mengepung ibukota musuh, di mana terdapat lebih dari seratus ribu pemberontak.
konflik ini menernui jalan buntu. pihak penyerang tidak dapat menaklukkan kota ini, dan sebaliknya, pihak yang bertahan tidak dapat mengusir mereka. Waktu tidak berpihak kepada siapapun. Kedua belah pihak menderita kekurangan bahan makanan, obat-obatan dan pakaian, mental mereka pun jatuh. Pembelotan dan pembangkangan sering terjadi. Pemberontakan dapat terjadi sewaktu waktu.
Pemimpin dari kedua belah pihak akhirnya setuju untuk bernegosiasi. Mengetahui hal ini, sang kaisar mengirim salah seorang jenderaInya yang paling cakap, Ko Shuen , sebagai wakilnya. Pemimpin para pemberontak bernama Gao Guen,mengirimkan kepala stafnya yang bernama Hwan fu Win - ajudannya yang paling cerdas dan terpercaya--untuk menemui agen kekaisaran tersebut.
Mereka bertemu. Utusan para pemberontak itu bersikap angkuh dan menjaga jarak,dan pembicaraan pun tidak dapat dilanjutkan. Utusan kaisar tersebut ingin membunuh sang utusan pemberontak, suatu tindakan tidak terhormat yang bertentangan dengan sernua kebiasaan resmi, dan dengan keras ditentang oleh semua asisten kaisar.
Namun sang jenderal tidak mau mendengarkan. Ia memerintahkan para pengawalnya untuk menahan dan membunuh utusan yang congkak itu, namun mengampuni para ajudannya. Sang ajudan, sambil membawa sepucuk surat yang menunjukkan bahwa keseluruhan kejadian tersebut disebabkan oleh sikap sang utusan yang tidak mau bekerja sama, dikawal sampai ke pintu masuk kota yang telah dikepung itu.
Surat itu juga bertindak sebagai ultimatum penyerahan diri tanpa syarat dalam waktu dua hari atau penyerbuan berkekuatan penuh disusul pernbunuhan massal. Keesokan harinya, pemimpin pemberontakan menyerahkan diri.
Setiap ajudan dan kolega datang untuk memberi selamat kepada sang jenderal dan mengajukan pertanyaan yang sarna. "Setelah membunuh kepala staf musuh yang paling dipercaya, mengapa mereka menyerah? Tidakkah mereka ingin membalas dendam?"
"Tentu saja mereka ingin membalas dendam," !a berkomentar sambil Ialu. "Namun mereka tidak mampu. Utusan itu terlalu besar mulut, yang menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak berniat untuk menyerahkan diri. Sebagai seorang pengamat yang cerdas, ia berada di sini untuk menyelidiki kekuatan militer dan kondisi mental serdadu kita.
Seorang musuh yang kompeten merupakan ancaman terbesar bagi keberhasilan kita. Keberadaannya menghambat perkembangan. Seandainya saya tidak membunuhnya, kepulangannya akan membangkitkan semangat para pernberontak, dan mereka akan kembali melancarkan serangan kepada kita, yang nantinya akan merugikan atau bahkan menghancurkan kita.
Saya mernutuskan bahwa saya harus melenyapkannya, pernimpin terbaik yang dimiliki musuh kita,untuk menghancurkan mental mereka. tanpanya, pemimpin pemberontak itu akan merasa putus asa, dan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menyerah.
Seorang ahli strategi militer yang terkenal pernah berkata, "Menghancurkan mental musuh adalah tujuan yang terutama dalam memenangkan suatu konflik."
(taken from Wisdom's Way By Walton C. Lee)
________________________________________________
Search for love, for it is the most important ingredient of life.
Without it, your life will echo emptiness.
With it, your life will vibrate with warmth and meaning.
Even during any hardship, love will shine through.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback