Pages

Sunday, April 12, 2009

Bunga Hidup Tanpa Kata-Kata

(thoughtful) Penulis: GedePrama

Bila perjalanan hidup boleh dibingkai seperti lukisan-lukisan bergerak,kemudian diklasifikasikan, dikerangkakan dan disimpulkan, ada semacam lompatan-lompatan dalam hidup saya. Dan lompatan paling akhir, ketika harus turun gunung menjadi CEO perusahaan. Bayangkan, dari dunia konsultan, pembicara publik, dan penulis yang amat boros kata-kata, ke
dunia CEO yang irit kata-kata. Serupa dengan sejumlah pemimpin yang lama duduk di kursi pengamat, kemudian duduk kebingungan di kursi kekuasaan terutama karena kata-kata terasa tidak berdaya. Sayapun pernah dihinggapi gejala serupa.

Dalam dunia konsultan, presentasi (baca : kata-kata) yang diakhiri dengan langkah-langkah plus tenggat waktunya sudah bisa mengindikasikan bahwa ia sudah bekerja. Dalam dunia CEO, tentu saja ini jauh dari cukup.
Akan mengundang banyak tawalah, kalau seorang CEO hanya berpresentasi, kemudian mengharapkan semuanya berjalan setelah itu.

Lebih dari sekadar terbatas daya bantunya, penggunaan kata- kata yang berlebihan dalam kehidupan CEO sering kali malah bisa mencelakakan.
Lebih-lebih dalam lingkungan organisasi yang stok berfikir positifnya amat terbatas. Kata-kata berlebihan hanya akan membuat kaidah mulutmu adalah harimaumu berjalan secara meyakinkan. Dan, diterkamlah kita oleh harimau buatan kita sendiri.

Di kancah politik praktis, Anda tahu sendirilah, ada banyak pemimpin yang sudah diterkam kejam oleh harimau jenis terakhir. Mungkin ini pelajaran berguna bagi orang-orang yang lama boros kata-kata seperti saya ini. Dulunya, tanpa kata- kata rasanya dunia tidak berputar.
Lebih-lebih di sekolah bisnis di mana saya dibesarkan dulu. Battle for the air dalam diskusi sering dan teramat sering terjadi. Tanpa kata-kata, dipastikan nilai partisipasi saya jeblok tidak tertolong siapapun. Padahal, nilai terakhir amat menentukan nasib kelulusan.

Lebih-lebih dunia konsultan, pembicara publik dan penulis, lebih dari enam puluh persen kendaraan kemajuan bermodalkan kata-kata. Tiada hari tanpa kata-kata, mungkin itu prinsip yang bisa mewakili. Nah, ketika secara tiba-tiba sejarah kehidupan dijungkirbalikkan ke dalam kehidupan CEO yang berharimaukan kata-kata, maka terkejutlah saya.

Dalam klasifikasi sederhana, tugas CEO ada tiga : fine tuning,visioning, future creation. Dalam tugas pertama, ia menjadi lem perekat organisasi. Dalam tugas kedua, ia menjadi orang yang berjalan paling depan lengkap dengan gambarnya akan masa depan. Dan dalam tugas
terakhir, melalui keputusan-keputusannya ia sedang menciptakan masa depan semua orang.

Dan ketiga-tiga tugas ini, adalah tugas yang amat irit kata- kata.
Action speaks much louder than any words, inilah dunia CEO. Entah Anda belajar dari mana, saya belajarnya dari bunga. Ia tidak berbicara, namun tetap berguna banyak dengan menaburkan keharuman dan keindahan. Ditempat manapun, dan di waktu manapun, bunga senantiasa bekerja dengan tindakan-tindakannya.

Ada yang mengkhawatirkan, kegiatan irit kata-kata ini bisa menarik kita ke jurang miskomunikasi. Tentu saja tidak keliru. Dan di sinilah tantangannya. Menjaga keseimbangan, antara dunia tindakan dan dunia kata-kata. Bedanya, kalau dunia kata-kata memiliki ruang interpretasi yang lebih sempit, dunia tindakan yang diam memiliki ruang interpretasi
yang lebih lebar. Bahkan, kelebarannyapun tidak pernah bisa didefinisikan sampai kapanpun.

Ia memang mengundang jutaan penafsiran, namun tetap ada batasnya.
Angka-angka kinerja, itulah batas-batas dari tindakan yang diam. Sama dengan bunga, ia memiliki batas antara tumbuh, berbunga dan kemudian layu. Namun, dalam keadaan apapun (layu maupun berkembang) bunga tetap bunga.

Dunia kepemimpinan juga serupa, kendati sedikit tidak sama. Ada pemimpin yang setelah bunganya layu menghadirkan bau busuk. Ada pemimpin yang setelah layu, harumnya bahkan merebak hampir selama dan sepanjang sejarah manusia (coba perhatikan kepemimpinan Mahatma Gandhi misalnya). Yang tampak jelas dan terang, pemimpin-pemimpin seperti Gandhi amat irit dengan kata-kata, namun boros dengan tindakan.

Tindakan yang diam memang tidak berisik, tidak mengundang tepuk tangan segera. Apa lagi yang namanya tindakan melalui pengorbanan, ia bisa membuat kepala terinjak-injak kaki orang lain. Gengsi, reputasi, harga diri adalah serangkaian hal yang siap terkorbankan. Namun, sebagaimana bunga yang tidak pernah minta dipuji, dan juga tidak takut dimaki, ia hanya bertindak, bertindak dan bertindak. Sepertinya tidak pernah lelah,apapun cuacanya, dipuji maupun dimaki, ada saja bunga yang menghadirkan keharuman-keharuman.

Kendati di rumah telah lama memiliki taman bunga, saya memang belum bisa meniru kearifan kepemimpinan ala bunga. Mungkin, bunga hadir dalam kehidupan saya untuk terus mengingatkan saya akan pentingnya hidup dengan sedikit kata-kata. Tulisan ini, sebenarnya hanya sebuah penghianatan terhadap bunga. Boros sekali dengan kata-kata, tetapi tidak
bisa mengungkapkan ke Anda secara jelas apa dan di mana tindakannya.

_______________________________________________
Be more concerned with your character than your reputation,
because your character is what you really are,
while your reputation is merely what others think you are."
***********************************************

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback