Pages

Friday, March 20, 2009

Secarik Motivasi:

KRITIK DEMI KEOTENTIKAN DIRI SENDIRI
Penyair besar seringkali berbuat kejam pada para pemula, atau malah pada penyair lain yang berjam terbang tinggi. Ia tak segan merobek syair orang lain. Ia tega mengatakan puisi itu jelek. Ia juga sampai hati menolak sajak mereka bagai bukan sajak. Penyair besar itu merasa berhak melakukannya. Ia membolehkan dirinya menghancurkan kreativitas orang lain.

Namun, semua itu hanya demi satu perkara: ia ingin sesuatu yang lebih hebat tercipta dari sajak-sajak orang lain. Ia ingin bunyi yang baru yang belum pernah didengarnya. Ia ingin kata baru yang belum tertulis di kamus mana pun. Ia ingin makna baru yang belum sempat terpikirkannya. Ia ingin daya cipta yang lebih dahsyat. Karena, yang pernah ada langsung lapuk sebelum waktu menjamahnya.

Seringkali kita kecewa pada pemimpin kita karena kritiknya yang mengguggat kreativitas kita. Namun, bila kita tahu, sebenarnya mereka ingin kita menggali sumur yang lebih dalam, kita akan temukan air yang lebih murni. Kita temukan keotentikan diri sendiri. Kritik memang semestinya mendorong agar yang dikritik mau menemukan dirinya sendiri.

KERJAKAN YANG ANDA CINTAI

Menarik sekali, banyak orang merasa suntuk dengan pekerjaannya. Mereka mengeluh, tertekan, bahkan sebagian orang membencinya. Sebenarnya orang ingin melakukan apa yang mereka senangi, namun mereka khawatir itu bukanlah jalan karier. Sudah terlalu menancap dalam benak bahwa kerja bukanlah kesenangan, apalagi kecintaan. Bagi mereka, karier dan kerja adalah jerat yang menjauhkan mereka dari kehidupan yang diangankan. Namun, mereka harus terus bekerja demi angan-angan itu sendiri. Sebuah lingkaran paradoks yang tak bertepi.

Mengapa sedikit sekali orang bersedia melakukan apa yang mereka cintai. Padahal dalam cintanya mereka akan mengerjakan lebih dari apa arti kata "baik". Mengapa lebih banyak orang hanya mengejar sebuah keberhasilan karier? Tidakkah cukup bagi mereka untuk melakukan yang terbaik dan mereguk kegembiraan bagi kehidupan sehari-hari? Tidakkah kita pahami bahwa keberhasilan lebih suka pada mereka yang cinta pada setiap jerih karyanya sendiri? Dan, setetes keringat pun jadi lebih berkilauan ketimbang permata kencana.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback