Tak kenal maka tak sayang. Mari mulai menumbuhkan empati terhadap orang dengan gangguan jiwa di sekitar kita, bersama Dewi Rokhmawati.
Menyaksikan serial komedi Monk bukan saja membuat saya terhibur. Tokoh detektif Adrian Monk dengan gangguan obsesif kompulsifnya membuat saya merasa tak sendiri .
Walaupun tak seserius Monk, ada masa saya merasa gemas hanya karena botol air minum tak terisi penuh dan buru-buru mengisinya. Namun, biasanya saya melihatnya sebagai kesiapsediaan dan ketelitian. Seperti Monk, berkat perilaku uniknya ia berhasil memecahkan berbagai kasus rumit.
Obsesif kompulsif hanyalah salah satu jenis gangguan jiwa yang lazim ditemukan dalam masyarakat. Oke,jangan buru-buru mengernyit dahi dulu. Kita memang sering hanya mengetahui gangguan jiwa yang berat seperti skizofrenia tapi jarang mengetahui berbagai gangguan jiwa yang masih tergolong ringan.
Masyarakat tidak menganggap serius berbagai tekanan hidup dan trauma yang membuat stres hingga depresi. Masyarakat tidak menyadari bahwa seseorang tidak dengan tiba-tiba menjadi seseorang yang terganggu jiwanya. Artinya,sebelum ia tiba pada tingkat gangguan yang dianggap cukup berat, sesungguhnya ada masa yang sebelumnya dilewati.
Sayangnya, sudah terlanjur timbul persepsi keliru yang menganggap penderita gangguan jiwa sebagai lucu, tidak wajar, berbahaya, bodoh, aneh, menyeramkan, dan tidak bisa disembuhkan.
Meski kini banyak bukti yang telah menunjukkan hal sebaliknya, stempel negatif itu terus melekat, sulit dihilangkan. Berita baiknya, belum terlambat untuk memulai menghayati penderitaan mereka yang hidup dengan gangguan jiwa di tengahtengah kita. Sebagai permulaan, kita bisa "berkenalan" dengan gangguan jlwa itu.
Memahami Gangguan Jiwa
Mungkin sedikit banyak kita sudah mengetahui apa pengertian gangguan jiwa. Namun, tak ada salahnya kita mengenalnya lebih dalam. Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan badan,jiwa, dan sosial yang mendorong perkembangan intelektual dan emosional seseorang secara optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain.
Dengan kata lain, orang tersebut dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara, keadaan sebaliknya adalah gangguan jiwa, yaitu suatu perubahan dalam pikiran, perilaku, dan suasana perasaan yang menimbulkan penderitaan pada individu dan/atau hambatan dalam melaksanakan fungsi psikososial (pendidikan, pergaulan, pekerjaan, dan pemanfaatan waktu senggang).
Ada beberapa jenis gangguan jiwa yang patut diketahui. Ada gangguan depresi, yaitu gangguan jiwa yang ditandai oleh perasaan sedih yang mendalam dan hilangnya minat terhadap hal-hal yang biasanya dinikmati.
Sedangkan obsesif kompulsif yang sempat disinggung termasuk jenis gangguan anxietas. Gangguan anxietas sendiri yaitu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya kecemasan yang berlebihan dan muncul dalam berbagai gejala, seperti pikiran yang terus berulang tanpa bisa dikendalikan (obsesif), tindakan berulang yang tidak bisa dikendalikan untuk menjalankan pikiran obsesif (kompulsif), dan rasa takut yang berlebihan terhadap suatu obyek atau suatu hal. dr. Feranindhya Agiananda dari Departemen Psikiatri FKUI-RSCM menambahkan bahwa gangguan penyalahgunaan alkohol, gangguan tidur, kelelahan kronik, can gangguan somatoform juga sering ditemukan di masyarakat.
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Dalam situasi bercanda, kadang kita melontarkan kata "gila", "sarap", "sinting", "miring", "parno"(paranoid), atau "tidak waras". Meski begitu, kita patut waspada karena tanpa disadari ada orang-orang yang menanggapinya dengan rasa malu, terhina, dan bersalah.
Akibatnya, mereka cenderung menyembunyikan keadaan dan menjauhkan diri. Kalau sudah begitu,stigmatisasi itu akan menghambat usaha pemulihan,mencetuskan diskriminasi,dan menciptakan penghalang dalam menata kehidupan yang normal.
Sampai saat ini memang belum ditemukan istilah yang tepat untuk menyebut orang dengan gangguan jiwa. Diperlukan informasi yang benar tentang nama-nama penyakit sehubungan dengan kesehatan jiwa, gejalanya,can harapan penyakit itu dapat disembuhkan. Menurut buku Menanti Empati Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa, istilah yang digunakan dalam konteks keluarga dan masyarakat adalah penderita gangguan jiwa.
Diagnosis dini yang tepat dapat membawa seseorang kepada kehidupan dengan kondisi kesehatan jiwa yang membaik. Dengan pemahaman yang tepat tentang bagaimana seharusnya bersikap dan memperlakukan orang dengan gangguan jiwa dengan wajar dan manusiawi, berarti kita berada di jalur yang tepat.
Penting untuk menumbuhkan empati atau sikap mengerti sepenuh hati permasalahan
dan penderitaan orang lain. Seorang yang berempati berusaha menempatkan diri dalam posisi orang yang diamati.
Betapa butuhnya kesabaran, optimisme,kesediaan untuk mendengar dan berbicara dengan si penderita, menyediakan lingkungan yang kondusif can perawatan yang berkesinambungan.
Cerita Sukses Tentang Harapan untuk Sembuh
Mg*, seorang lajang yang telah 15 tahun menghuni pusat rehabilitasi khusus di luar negeri dengan diagnosis skizofrenia. Ia sekamar dengan beberapa penderita lain dan pernah saling berkelahi sehingga memperparah kondisinya.
Suatu saat, selama tiga bulan Mg* berlibur ke Indonesia. Bersama keluarganya mereka menjalani kehidupan sehari-hari layaknya orang normal. Adik-adik Mg* sama sekali tidak memperlakukan Mg* sebagai pasien skizofrenia.
Pergi ke mal dan pasar, memasak bersama,mengunjungi tempat kenangan masa kecil. Ketika Mg* kembali ke luar negeri, beberapa minggu kemudian keluarganya di Indonesia mendapat kabar bahwa kondisi kesehatannya membaik.
Adik-adiknya sendiri merasa bingung, apa sebenarnya yang sudah mereka lakukan.
Mereka tidak menyadari bahwa dengan memperlakukan saudara mereka seperti diri mereka, dengan penghargaan dan cinta-kasih yang mereka curahkan, tidak merasa harus malu berjalan dengan kakaknya di tempat umum,kesehatan kakak mereka membaik. Kini, Mg* tinggal dengan salah seorang adiknya dan hanya perlu mengonsumsi obat bila ada gangguan.
dari majalah FEMALE edisi Maret 2007
Best regards,
Neysa Natalia
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback