Pages

Tuesday, November 17, 2009

Mengumpulkan Tabungan Cinta

(inspiration) Oleh: Gede Prama

Ada sebuah bidang dalam psikologi yang menarik perhatian tokoh kita yang satu ini, yaitu konflik. Perang dan perceraian adalah contoh konflik yang cukup besar dan kelihatan dan itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

Mengapa terjadi konflik? Jawabannya singkat, karena terjadi defisit energi atau dalam bahasa lain bisa juga disebut defisit cinta. Gambarannya kira-kira seperti ini: untuk kelangsungan hidup dan sehat secara fisik maupun nonfisik kita memerlukan tabungan cinta. Kita perlu menjaga tabungan cinta kita terus agar tidak terjadi defisit cinta yang pada gilirannya bisa saja menyebabkan kita kehabisan energi yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup kita.

Mengapa perlu menjaga tabungan cinta ini agar tidak terjadi defisit? Kita perlu melakukannya karena jika kita terkena defisit cinta kita bisa terputus dari sumber energi atau pusat cinta itu. Setiap orang cenderung punya kebutuhan untuk memenuhi defisit sumber energi.

Kebanyakan orang melakukannya dengan menghubungkan dirinya dengan pusat energi. Selain itu ada cara lain yaitu dengan merebut energi dari diri orang lain. Nah, yang terakhir inilah asal muasal penyebab konflik. Jadi, bisa dikatakan juga kalau konflik itu terjadi karena kita terputus dengan pusat atau sumber energi itu.

Sebenarnya alam dan Tuhan menyediakan kebutuhan energi itu dengan sangat berlimpah dan secara gratis. Jadi sebetulnya kita tidak perlu merebutnya dari orang lain. Apalagi biasanya kita cenderung merebut energi dari orang-orang terdekat seperti suami, istri, anak atau orang tua kita. Itu juga sebabnya konflik rentan terjadi pada orang-orang yang berhubungan dekat.

Dengan berkembangnya kehidupan yang 'modern' ini, ada kecenderungan tubuh, badan dan panca indera menjadi 'pusat segala-galanya' hingga ada semacam 'manipulasi' bahwa hal-hal itulah yang menjadi 'sumber energi'. Hal ini membuat kita cenderung untuk menghabiskan perhatian pada cara pemenuhan kebutuhan akan energi melalui makanan dan segala sesuatu yang bersifat memenuhi kebutuhan fisik.

Energi yang ada dalam diri masing-masing orang cenderung saling berinteraksi. Interaksi ini bisa dari orang yang memiliki surplus energi ke orang yang memiliki defisit energi. Ada dari yang surplus ke surplus. Ada juga dari yang defisit ke defisit. Nah, yang paling 'berbahaya' adalah yang terakhir ini karena konflik perebutan energinya akan lebih besar dan hebat.

Lalu bagaimana menambah saldo tabungan cinta itu? Yang pertama tentu saja dengan menghubungkan diri dengan sang sumber energi. Agama adalah salah satu sarana paling ampuh sebagai jalan atau cara menghubungkan diri kita dengan sang sumber energi tadi.

Cara kedua adalah dengan memfokuskan diri pada keindahan. Misalnya saja keindahan dari kupu-kupu yang terbang melintas di dekat Anda ketika Anda sedang menuju tempat parkir. Bisa juga keindahan yang Anda temui ketika Anda sedang menyiapkan hidangan makan malam untuk suami dan anak Anda.

Dan banyak keindahan lain yang bisa Anda temui dalam hal-hal kecil dan sederhana. Kebanyakan dari kita tidak ingin melihat atau mengalami hal- hal yang tidak menyenangkan Misalnya saja kita mudah marah ketika seorang teman kerja kita bersikap ketus pada suatu hari.

Sebetulnya kita tidak memiliki alasan untuk marah karena yang kita hadapi bukanlah orang itu tetapi peran orang itu. Nah, memang sudah ada semacam 'skenario' bahwa hari itu orang itu berperan untuk menyampaikan sesuatu pada kita dalam bentuk sikapnya itu. Bisa saja dengan bersikap begitu kita jadi lebih terlatih untuk bersikap lebih sabar ketika menghadapi sesuatu. Jadi indah bukan?

Banyak hal lain yang sebetulnya bisa kita gunakan untuk menambah saldo tabungan cinta kita. Mungkin ada baiknya juga untuk memandang bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam hidup ini.

Permasalahan yang kita hadapi, hubungan kita dengan orang lain dan berbagai hal yang harus kita jalani setiap hari adalah hal-hal yang telah tercantum dalam 'big scenario' hidup kita. Maka kesuksesan dan kegagalan kita terima sebagai bagian dari hidup yang memang harus kita tempuh.
__________________________________________________________________

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback