(inspiration) Penulis: Oleh : Gede Prama
Satu kegiatan yang terus menerus saya lakukan sejak berumur belasan tahun adalah mencatat. Tidak hanya ide-ide untuk kepentingan mengajar, jadi konsultan, maupun ide-ide pengembangan perusahaan yang saya pimpin.
Bila ada kejadian-kejadian khusus, atau kejadian yang kerap muncul di depan mata, inipun masuk ke notes dalam file personal digital assistant yang memberati kantong ke mana-mana.
Biasanya, satu file berumur paling lama dua minggu. Setelah dicek ulang, eh ternyata ada satu file yang sudah berumur berbulan-bulan. Sebuah catatan pengalaman berinteraksi bersama sejumlah orang kaya yang berpunya ? entah sebagai pemilik perusahaan, maupun sebagai klien.
Ada satu ciri khas yang hampir selalu muncul dalam kehidupan orang yang berpunya. Hidupnya dimotori oleh mesin yang bernama keinginan. Setelah perusahaan memiliki assets milyaran rupiah disusul keinginan agar mencapai angka triliunan rupiah. Setelah beraliansi dengan satu perusahaan asing,ingin memiliki teman aliansi lebih banyak lagi. Setelah go public, kemudian disusul dengan keinginan-keinginan yang lain.
Demikianlah kehidupan banyak orang kaya yang saya sempat kenal secara mendalam. Hidupnya dibuat maju dan menjulang oleh keinginan. Tidak sedikit yang dibuat amat kaya secara materi oleh mesin pendorong terakhir.
Banyak juga yang dibuat berbahagia olehnya. Bisa dimengerti, kalau kemudian banyak penulis pengembangan diri seperti Anthony Robbin menyarankan untuk mengelola energi keinginan sebagai modal besar kemajuan.
Keinginan sebagai kekuatan pendorong, memang tidak terdiri dari satu species. Ia terdiri dari banyak sekali jenis. Ada keinginan untuk mengabdi,setia pada pasangan hidup, punya uang banyak, naik pangkat terus menerus. Dan tidak semua keinginan sepenuhnya negatif, atau sepenuhnya positif. Ia lebih banyak tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.
Apapun bentuk keinginannya, semuanya bermuara pada sebuah tujuan yang bernama kebahagiaan dan kegembiraan. Sebagai catatan, dalam bahasa Inggris dikenal banyak tingkatan kebahagiaan dan kegembiraan. Dari happiness, joy,bliss, ecstasy dan masih ada lagi yang lain. Dan kepada rangkaian kondisi kejiwaan terakhirlah, mesin keinginan berniat mendorong kita.
Dalam kerangka yang amat sederhana, ada dua sumber joy. Yang bersumber dari luar, dan yang bersumber dari dalam. Keduanya memiliki ciri unik masing-masing. Kegembiraan yang berasal dari luar (jabatan, gaji, mobil,rumah dan sejenisnya) memiliki awal dan akhir.
Disamping itu, ia mengenal siklus naik dan turun. Kegembiraan dari dalam (pengertian mendalam tentang hakekat hidup bahwa semuanya akan berlalu, rasa syukur, hidup bersama sang jiwa) lain lagi. Dalam kualitas inner sources of joy yang mendalam, tidak ada awal dan akhir. Ia juga tidak dipermainkan oleh siklus.
Mengalir, mengalir dan mengalir. Demikianlah ciri hidup yang diberi warna dominan oleh inner sources of joy. Ada orang yang menyebut hidup jenis terakhir penuh kehambaran dan tanpa rasa. Ada juga yang menyebutnya sebagai hidup yang tercerahkan. Apapun komentar Anda, saya mendidik diri dan menikmati sekali kegembiraan yang datang dari dalam.
Persoalannya, sudah amat dan teramat lama saya bosan diombang-ambingkan oleh siklus hidup yang mengenal naik dan turun. Ketika naik, gembira temannya. Tatkala turun, duka sahabatnya. Lelah saya dibuatnya. Cara hidup seperti ini, memang kecil kemungkinannya bisa membuat Anda menjadi konglomerat material. Namun, lebih mungkin membawa Anda menjadi konglomerat spiritual.
Dalam bingkai kehidupan seperti ini, terasa agak kurang sedap rasanya kalau bertemu dengan orang-orang kaya materi, namun didikte siklus kehidupan. Setinggi apapun keinginannya terpenuhi, tetap siklus suka dan duka mengikutinya secara setia.
Sebabnya memang banyak, namun besar sekali hubungannya dengan sumber kegembiraan dari mana ia datang. Semakin banyak kegembiraan bersumber dari luar, semakin mungkin kehidupan seseorang berbentuk kolam kesedihan tidak bertepi.
Ada memang kegembiraan di sana-sini. Namun, ia hanya berupa sekumpulan perahu di tengah-tengah kolam kesedihan yang tidak memiliki tepi. Bayangkan saja, ketika punya BMW mau Mercedes. Tatkala punya Mercedes mau Jaguar.Mana kala sudah jadi direktur, ingin cepat-cepat jadi presiden direktur. Seperti berkejaran dengan bayangan sendiri, demikianlah orang-orang seperti ini dibuat lelah dan letih oleh mesin keinginan.
Ada sebuah cerita tentang seorang pendeta yang harus melakukan perjalanan jauh ke pedalaman. Di tengah jalan, kendaraan yang ditumpanginya distop oleh seorang wanita cantik yang berpakaian amat minim.
Menyadari kursi disebelah pendeta tadi kosong, iapun berdoa untuk pertama kalinya : ?Tuhan,jauhkanlah hamba dari segala godaan?. Kendati sudah berdoa demikian, tetap wanita cantik nan seksi tadi duduk persis di sebelah pendeta.
Setelah berjalan beberapa lama, kendaraan yang ditumpangi pendeta tadi terguncang-guncang oleh jalanan rusak. Sebagai akibatnya, bagian sensitive wanita tadi menyentuh tubuh sang pendeta. Untuk kedua kalinya, ia berdoa lagi : ?Tuhan, kuatkanlah iman hambamu?.
Di sebuah tikungan tajam, supir tidak melihat kalau ada polisi tidur. Maka melompatlah kendaraan tadi tidak karuan. Ketakutan dengan kendaraan yang terbang tinggi, wanita cantik tadi memeluk sang pendeta erat-erat. Kali ini, ia berdoa lagi : ?Tuhan, terjadilah apa yang seharusnya terjadi?.
Ini memang hanya sebuah lelucon. Namun, ia menjelaskan secara amat terang, kalau nafsu dan keinginan telah menjadi mesin yang bisa merubah hidup banyak orang ? termasuk doa seorang pendeta.Lebih-lebih kalau keinginan terakhir menciptakan ketergantungan berlebihan pada sumber-sumber luar (external sources of joy). Dan lupa sama sekali dengan internal sources of joy. Inilah asal muasal kolam kesedihan tidak bertepi. Akankah Anda biarkan kehidupan berwajah seperti itu ? ***
Be more concerned with your character than your reputation,
because your character is what you really are,
while your reputation is merely what others think you are
***********************************************
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
12 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback