(thoughtful) By Fr. Simplicio Apalisok,Jr., Shoelaces (excerpts)
Ketika ayahku bilang ia akan memberi sesuatu atau mengerjakan sesuatu untukku, aku selalu merengekinya, "Janji ja...? Janji?" Apabila ia memenuhi janjinya, aku berlompatan penuh kegirangan. Namun, bila tidak, aku bereaksi, "Tapi kan Ayah tadi janji mau ......"
Bagi seorang anak, sebuah janji adalah sesuatu yang keramat. Ia begitu percaya padanya; ia pun penuh mengharapkannya. Didalam cerita Antoine de St.-Exupery, si Pangeran Kecil berkata, "Bila kau janji mau tilpon, pastikan kau tidak melupakan.
Kalau kau janji mau datang jam 4,pastikan juga kau datang tepat waktu. Sebab aku ingat janjimu itu dan aku mengharapkan pemenuhannya, dan kalau kau tidak tilpon atau dating tepat waktu, aku akan kecewa. Memang benar seorang anak ingatannya masih lemah. Tapi bila menyangkut janji, acapkali ia tidak lupa.
Suatu janji adalah penghubung antara yang sekarang dan yang akan datang, antara sipemberi dan calon penerima. Dengan memegang janji kita saling merawat relasi; melanggarnya bisa merusak relasi. Bila kita memenuhi janji, kita mengukuhkan hubungan kita; apabila kita gagal, siap2lah bisa2 kelak bakal kehilangan.
Pasangan hidup kita pun kadang2 bisa berkomentar, "Partnerku tidak percaya pada aku." Orang tua mungkin berkata, "Anak2 kami tidak lagi menghormati kami." Kita mungkin mengadu, "Rekanan dan teman2ku tidak menganggapku serius lagi.
" Kita merasa begitu terpukul saat orang2, terutama bila yang kita kasihi, tidak memberikan dukungan dan kepercayaan. Mungkin kita bingung dan heran, situasi kok bisa jadi begitu, dan kita seakan kehilangan akal tak tahu harus berbuat apa.
Tapi kalau kita benar2 mengevaluasi akar permasalahannya, kita mungkin sadar bahwa itu diakibatkan kegagalan kita menepati janji kita. Dan ini tidak begitu langsung saja terjadi! Orang2 dewasa bertingkah laku seperti anak2 kecil bila berurusan menunggu janji. Janji2, terutama yang kecil2, banyak artinya.
Gula-gula, mainan anak2, bunga2, sebuah hadiah, menonton film, keluar makan malam.....hal2 yang tampaknya tak begitu penting ternyata berarti. Kalau mau direnungkan, apakah orang2 benar masih akan mengharapkan kita menepati janji istimewa kita, apabila yang gampang dan sederhana saja tidak bisa kita lakukan.
Kredibilitas ialah hasil yang terkumpul karena kita tekun menepati janji. Aku rasa orang2 umumnya siap mengerti bila kita gagal memenuhi janji2 kita yang sukar. Tetapi mereka pastilah akan kurang akomodatif dengan kegagalan janji kita, apabila itu menyangkut hal2 yang, menurut pikiran mereka, umum dan sederhana.
Pernahkah kau dengar mereka berkata, "Aku akan dibelikan mobil bila sudah dewasa? Permen saja tidak bisa dibelikan ........ Kau janji akan mencintaiku selamanya, tapi kau tidak bisa menyelamati atau mengajakku keluar makan pada hari ulang tahun pernikahan kita..... Kau bersumpah akan siap membantu kami, tapi menilpon saja kau tidak mampu......"
Ada dikatakan bahwa "perjanjian dibuat agar dilanggar." Tapi yang menyedihkan ialah konsekwensinya: hubungan relasi kita bisa terputus apabila kita sering melanggar janji. Jelaslah bahwa apabila setiap kali kita berjanji, pastikanlah untuk menepatinya; hubungan relasi akan terjalin dan tumbuh subur. Kita menjadi kredibel, bisa dipercaya, diandalkan, menjadi orang2 yang dihormati hanya sebab kita perduli untuk memenuhi harapan2nya orang lain -- "Janji ya..? Janji...? " (JM)
Shared by Joe Gatuslao -- Philippines
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback