(thoughtful story) By Fr. Simplicio R. Apalisok, Jr., Shoelaces
Seorang pria keluar negeri untuk bekerja dan meninggalkan gadis tunangannya ter-sedu2. "Jangan kuatirlah, aku akan menulisimu setiap hari," katanya. Ber-tahun2 ia memang menulisinya. Namun karena ia senang dengan pekerjaannya, ia tak langsung berencana untuk pulang.
Pada suatu hari, ia menerima kartu undangan pernikahan. Ternyata kekasihnya itulah yang mau menikah. Dengan siapa? Dengan penghantar kantor pos yang secara tertentu membawakannya surat2nya sendiri. Benarlah kata orang, jarak pemisah memanglah membuat hati tertegun ber-tanya2........
Pemuda malang itu pastilah berdialog sendiri, "Lho, salahku apa sih? Sudah kukirimi surat2, coklat, dan bunga2." Disaat relasi jadi hambar dan bermasalah, mulailah muncul daftar penuh hadiah2 yang pernah diberikan,dan apa saja yang pernah dilakukannya.
Kita berkata, "Kan aku sudah memberimu ini dan itu.....aku sudah lakukan macam2 urusan buat kau." Tampaknya cinta kasih secara sederhananya mau dibuktikan lewat kucuran hadiah2 dan perbuatan baik [saja].
Namun, biarpun pemberian hadiah2 juga perlu, tapi cinta kasih masih menuntut apa yang menjadi dasar hubungannya: kehadiran yang dicintai. Aku mengamati, misalnya, koleksi anggrek ibuku. Kalau ibu bepergian agak lama, mereka menjadi tidak subur dan banyaklah yang jadi layu.
Tapi bila ia kembali hadir, mereka bermekaran dengan bunga2 yang cantik. Padahal ibuku tidak berbuat sesuatu yang luar biasa. Ia hanya menghabiskan banyak waktu berbicara dan merawat mereka.
Aku rasa orang malahan lebih membutuhkan kehadiran perhatian dan kepedulian.
- Cinta kasih secara fundamental merupakan komitmen kepada seseorang.
- Kita boleh saja punya komitmen terhadap bisnis, pekerjaan, hobi,olah raga ataupun keanggautaan di Klub ini itulah,
- tapi sejujurnya saja, tak satupun dari mereka itu yang mencintai kita kembali.
Hanya seseorang saja yang mampu mencintai kita kembali, dan karena itulah, maka komitmen terbesar kita sebagai manusia ialah menghabiskan waktu dan menemani bersama orang2 yang kita cintai.
Dan karena manusia saling membutuhkan kasih sayang dan saling memelihara, barang2 materi - secara terbatas -hanya bisa membantu mengembangkan cinta. Tapi tak pernahlah itu bisa menggantikan karunia terbesar berupa kehadiran pribadi.
Martha sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ia percaya ia harus makin giat bekerja sebab ia cinta pada ayahnya yang menderita kanker. Ia harus menyediakan obat2an yang mahal. Saudara2nya - laki2 maupun perempuan -sering tinggal menemani ayah mereka. Mereka memandikannya, bernyanyi untuknya, menyuapi makan atau cuma menemaninya saja.
Suatu hari si Martha pedih hatinya. Terdengar olehnya sang ayah ngomong pada ibunya,
- "Semua anak2 kita cinta padaku kecuali Martha." "Lho, kok bisa begini sih...?", Martha mikir2 sendiri. "Padahal akulah yang setengah mati pontang panting hampir mampus bekerja untuk mendapatkan uang guna membeli obat2nya ?! Semua saudara2ku bahkan tidak ikut menyediakan bagian mereka untuk biaya2 sebanyak yang kulakukan!"
Suatu malam, seperti biasanya Martha pulang malam, ia mengintip untuk pertama kalinya kedalam kamar dimana ayahnya sedang berbaring. Terlihat olehnya ayahnya belum tidur. Ia memutuskan untuk mendekatinya disamping tempat tidurnya.
Ayahnya kemudian memegang tangannya dan berkata, "Aku kangen padamu, rindu sekali... Aku tak punya banyak waktu lagi. Tinggallah dan temani ayah." Dan itu yang ia lakukan, semalaman ia tinggal menemani ayahnya, berpegang, menggenggam tangannya.
Esok paginya Martha berkata pada semuanya, "Aku telah minta cuti. Aku kepingin menemani ayah. Mulai saat ini aku akan memandikan dan bernyanyi untuknya." Sebuah senyum bahagia muncul menghias wajah ayahnya. Kali ini ia tahu Martha mencintainya.
- Sebagai anak2, kita membutuhkan jaminan kehadiran orang2 yang kita cintai.
- Orang2 dewasa kebutuhannyapun juga tidak kurang.*
Shared by Joe Gatuslao
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback