Pages

Wednesday, June 10, 2009

LAKUKAN SEKARANG !

(touching story) By Dennis E. Mannering

From: "M.S. Budiarto"

Dikelas dewasa tempat aku mengajar, baru2 ini aku melakukan "yang-tak-termaafkan." Saya memberi mereka pekerjaan rumah! Tugasnya ialah "pergi dalam minggu mendatang pada seseorang yang anda cintai dan katakan 'aku cinta padamu'. Dia haruslah seseorang yang padanya belum pernah kaukatakan itu sebelumnya, atau yang sudah lama sekali tidak pernah kau bilangi."

Tugas itu terdengar tidak berat, baru bila kau berhenti dan menyadari bahwa para pria dikelompok itu kebanyakan sudah diatas 35 th dan dibesarkan dalam generasi pria dimana diajarkan bahwa menyatakan perasaan bukanlah sifat yang "jantan." Menunjukkan perasaan2 ataupun menangis (dilarang!) tidak umum, jadi ini menjadi tugas penuh tantangan untuk beberapa orang tertentu.

Waktu mulai kuliah selanjutnya, aku bertanya apa ada yang mau berbagi pengalamannya saat memberitahu "aku cinta padamu" kepada seseorang. Sebenarnya aku berharap seorang wanita yang akan tampil suka rela, seperti biasanya, tapi malam ini salah seorang pria yang mengacungkan tangannya. Kelihatannya ia sangat tergerak, terpukul tercengkeram goncangan perasaan......

Setelah ia keluar dari kursinya, pria setinggi 185 cm ini mulai berkisah, "Dennis, sebenarnya minggu lalu aku amat gusar saat anda memberi kami tugas ini. Aku tak merasa punya seseorangpun yang padanya harus kukatakan itu, dan selain itu, siapa pula sih anda, kok seenaknya nugasi aku urusan yang begitu pribadi?

Tapi saat mulai nyopir pulang,hati nuraniku mulai berbicara. Begitu jelas kudengar bahwa sebenarnya aku tahu kepada siapa perlu kukatakan 'aku cinta padamu' itu. Begin lima tahun yang lalu, ayahku dan aku berbeda pendapat, perdebatan jadi begitu parah dan sejak itu tidak pernah terselesaikan.

Kami saling menghindari kecuali bila mutlak harus bertemu saat Natal atau pada pertemuan2 keluarga lainnya. Tapi disitupun, kami jarang2 berbicara. Jadi begitulah, Selasa lalu menjelang aku tiba dirumah, aku telah meyakinkan diriku bahwa aku akan memberitahu ayahku bahwa aku mencintai dia.

"Sangat aneh, hanya dengan mengambil keputusan itu, tampaknya sebuah beban berat sekali langsung terlepas dari dadaku. Sesampaikudirumah, aku lari kedalam untuk memberitahu istriku apa yang akan kukerjakan. Ia sudah diranjang, tapi tetap aku bangunkan.

Setelah cerita,wuiihh, dia bukan cuma turun dari tempat tidur, dia langsung melompat dan memelukku, dan untuk pertama kalinya dalam hidup pernikahan kami ia melihatku menangis. Setengah malam itu kami habiskan mengobrol dan minum kopi. Luar biasa!

"Esok paginya aku bangun pagi2, begitu segar, cerah. Perasaanku begitu gembira namun gelisah, hampir2 tak bisa tidur. Aku kekantor pagi2 dan dalam dua jam menghasilkan pekerjaan yang kemarinnya perlu sehari. Jam 9.00 aku tilpon ayahku, ingin tahu aku bisa bertemu setelah pulang kerjaku.

Waktu ia jawab tilpon, aku cuma bilang, 'Ayah, ntar malam aku mau mampir abis kerja? Ada sesuatu yang mau kukatakan.' Dengan nada agak ngomel dijawabnya, 'Ada apa sekarang?' Aku tegaskan bahwa itu tak akan makan waktu lama, jadi akhirnya ayahku setuju.

"Jam 5.30, aku sudah dirumah orang tuaku, membunyikan bel, berdoa agar ayahku yang membukakan pintu. Aku kuatir bila ibuku yang buka pintu, bisa2 aku jadi takut dan malah justru padanya aku katakan itu. Tapi untunglah, ayah yang ternyata membuka pintu. Aku tidak mau me-nyia2kan sedikit waktupun - aku maju selangkah kedalam dan bilang, 'Ayah, aku ini kemari untuk bilang aku cinta pada ayah.'

"Tampaknya, ayahku se-akan2 mengalami suatu transformasi. Aku melihat, didepan mataku, wajahnya melembut, kerut2 seakan menghilang dan ia mulai menangis. Ia maju kedepan dan mendekapku dan ia bilang,'Aku juga mencintaimu, nak, tapi ayah tak pernah bisa mengatakannya.'

Bukan main berharganya momen saat itu, aku hampir2 tidak ingin bergerak. Kulihat ibuku lewat berlinangkan air mata... Aku cuma melambaikan tangan dan meniupkan sebuah ciuman. Ayah dan aku masih berpelukan untuk sesaat dan kemudian aku balik. Sudah lama sekali belum pernah kurasakan perasaan luar biasa begitu......

"Tapi malah bukan itu inti persoalanku. Dua hari setelah kunjunganku itu, ayahku, yang ternyata punya problim jantung tapi tak pernah memberitahu aku, mengalami suatu serangan dan ia harus berakhir dirumah sakit, pingsan, kena koma. Aku tidak tahu entah ia masih bisa tertolong.
"So my message to all of you in this class is this:

"Jadi pesanku pada kalian didalam kelas ini begini: Jangan tunda urusan yang kau tahu perlu dikerjakan. Bagaimanakah seandainya aku menunggu dan menunda memberitahukan ayahku – mungkin aku tak pernah bakal dapatkan kesempatan lagi! Ambillah waktu untuk mengerjakan apa yang perlu kau kerjakan dan lakukan sekarang!(JM)

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback