(thougthful stroy) By Rosane C. Romero,
Book: Amusing Grace (excerpts)
Belum lama ini, aku membaca sebuah buku mengenai ibu-ibu. Aku tahu aku sendiri seorang ibu, tetapi aku rasa aku tidak selalu tahu bagaimana untuk menjadi seorang ibu --bukan tipe yang dikisah cerita khayal,melainkan tipe yang dikehendaki oleh Allah. Aku sering kurang sabar menghadapi anak2. Aku tidak tahu berapa banyak ibu2 lain mengalami ini, tapi beberapa yang sempat aku berbagi pengalaman ternyata senasib.
Buku yang kubaca ini antara lain berkisah soal Thomas, seorang anak berusia 8 tahun yang hidup dulu sekali. Thomas, sering sakit dan juga agak tuli, tertinggal jauh dalam pelajaran2 sekolahnya. Para gurunya cenderung cepat kehilangan gairah menuntunnya sebab daya tangkapnya memang lambat. Teman2 sekelasnya pun ikut ogah2an dan bersikap kurang bersahabat. Sudah gejala umum mereka merendahkannya atau menertawakan kesalahan2nya.
- Dunia dia bukanlah dunia yang ramah.
- Tetapi dalam dunia itu, Thomas mempunyai seorang ibu.
- Seorang ibu yang bisa ia datangi setiap kali ia pulang rumah setelah menyelesaikan setiap "hari derita" disekolah.
- Seorang ibu yang bahagia memilikinya.
- Seorang ibu yang mau dan akan duduk menemaninya dikursi dapur dan mendengarkan betapa harinya berkembang jadi buruk.
Aku meletakkan buku itu sebentar dan memohon agar Allah membuatku jadi seperti itu. Seorang ibu bisa berbuat lebih banyak daripada sekedar cuma membaca diantara kalimat2 itu. Ada ibu2 yang mampu membaca kesedihan dan kesepian dalam wajah anak2nya. Kalau ada sesuatu yang tidak beres, ia akan tahu lewat ekspresi matanya, atau lewat cara berjalannya sang anak, atau cara lunglai bergantung kepalanya.
Suatu hari, Thomas pulang kerumah membawa surat dari kepala sekolah. Thomas dikeluarkan karena otaknya dianggap tidak waras.
Ibunya tidak mem-besar2kan urusan surat itu. Ia merangkul Thomas sambil berkata semuanya bakal beres. Dia tahu ia lebih lambat dari lain2-nya, tapi ia percaya Thomas bisa belajar kalau pelajaran2 diberikan agak perlahan. Ia mulai mengajarnya sendiri dirumah. Ternyata mulai berhasil.
- Thomas ternyata bisa mengimbangi jadwalnya......
- Tak lama kemudian...
- Ia malah mulai merancang alat2 dan hal2 baru, mencipta ini itu ---
- banyak yang pada mulanya hal2 yang bodoh dan sia2....
Waktu Thomas akhirnya meninggal, ada sebuah bangsa – penduduk Amerika Serikat -- secara bersama menghormatinya dengan memadamkan semua lampu2 selama satu menit diseluruh Amerika. Dia inilah Thomas yang oleh kepala sekolahnya dikeluarkan karena otaknya bekerja lebih lambat; dia yang hidup dan terpaksa melihat sahabat2nya saling menyenggol dan lalu memperolokkannya.
Dia inilah Thomas Alva Edison, penemu bola lampu dan gramapon. Dan kemana kepala sekolah serta teman2 sekelasnya yang dulu mencemoohkan serta mengejeknya, waktu Amerika memadamkan semua lampunya?
Untuk sedetik aku letakkan buku ini. Hatiku bertepuk untuk Thomas. Dan juga untuk ibunya. Seandainya ia ada disini, pastilah aku langsung berdiri menghormatinya. Semoga Allah membuatku sedikit lebih mirip dia. Ibu Edison, dimanapun anda berada, terima kasih.
Shared by Joe Gatuslao – Philippines
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback