Pages

Monday, May 11, 2009

Supir Taksi

Bagi saya yang suka melancong, supir taksi selalu memiliki sejumlah pro dan kontra. Supir taksi seringkali memberikan kita sejumlah pengalaman buruk dan konyol. Mulai dari tingkah laku yang emosional,nyupir ugal-ugalan, kasar dan taksi yang super kotor serta jorok. Ada pula supir taksi yang gemar menipu turis dengan berpura-pura salah jalan, atau mengajak kita berputar-putar hingga argonya membengkak. Di lain pihak, supir taksi bisa juga menjadi dewa penolong yang luar biasa.

Minggu lalu, saya melancong ke Tunisia untuk sebuah rapat tahunan. Peserta rapat datang dari hampir 14 negara di seluruh dunia. Pada hari terakhir, saya dengan beberapa teman yang tinggal memutuskan untuk pelisir menikmati Tunisia yang tua dan bersejarah. Tunisia memang unik karena walaupun terletak di Afrika, namun dengan pesawat terbang, hanya membutuhkan waktu satu jam dari Roma, 90 menit dari Paris, dan 2 jam dari Frankfurt.

Tak heran apabila banyak orang Eropa menyukai Tunisia untuk berakhir pekan. Budayanya tua sekali. Sejak 4.000 tahun yang lalu Tunisia sudah dijadikan pos logistik dan persinggahan bangsa Romawi. Anda tentu mengenal legenda Hanibal dan Carthage yang terkenal itu. Di samping itu Tunisia juga dipengaruhi budaya Turki, dan Prancis.

Di Tunisia Anda bisa menjumpai baik masjid dan katedral yang spektakuler. Untuk itu, saya tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan langka ini. Dan mengenal Tunisia lebih akrab. Pagi hari, saya minta kepada concierge di hotel untuk mencarikan supir taksi yang baik untuk pelesir keliling Tunisia.

Pengalaman melancong kami ternyata sangat menyenangkan. Supir taksi kami berusia sekitar hampir 40 tahun. Boleh dibilang ia sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. 99 persen komunikasi lewat bahasa isyarat. Saya cukup kagum kepadanya. Ia cukup sensitif untuk melindungi kami. Di sebuah ranch perternakan unta, ia ngotot menawar ongkos naik unta dari 50 dinar menjadi 20 dinar.

Siang hari kami di bawa makan ke sebuah kafe di pinggir pantai. Selama 4 hari, makanan terenak yang saya rasakan justru di kafe itu. Kami makan calamari bakar, spageti, sea food dan ikan bakar. Rasanya gurih bukan main, dan biayanya murah sekali. Kami makan hingga terlampau kenyang.

Sore hari kami diajak jalan-jalan ke kota lama Romawi di Carthage. Di Tunisia juga berlaku sebuah kebiasaan unik. Kalau Anda pergi makan ke sebuah restoran, supir taksi bersedia Anda mengantar, lalu menjemputnya kembali setelah 2-3 jam. Anda cukup membayar biaya pulang pergi dan bukan sewa taksi 2-3 jam.

Sehingga murah sekali. Dan ketika supir taksi mengantar anda ke restoran, ia tidak minta bayaran sama sekali. Anda membayar ketika kembali tiba di hotel. Sehingga kalau supir taksi lalai menjemput, Anda boleh saja pindah taksi lain. Teman saya punya ide brilyan. Andaikata supir taksi di Indonesia bisa kita berdayakan. Kita berikan pelatihan dan pendidikan agar mahir bahasa Inggris,lalu kita beri "product knowledge" tentang obyek-obyek tujuan wisata.

Serta fasih merekomendasikan tempat-tempat pelesir dan restoran, maka industry pariwisata kita dijamin akan tumbuh fantastis. Khayalan teman saya malah lebih jauh lagi. Ia punya cita-cita membuat taksi yang "tourist friendly". Menurutnya,mobil taksinya harus dibuat beda. Kalau perlu catnya warna warni dengan identitas jelas. Taksi Turis ! Supirnya diberi seragam khusus.

Dan ada pilihan supir wanita serta supir pria. Teman saya yakin, taksi ini akan laris asal pelayanannya benar-benar baik, biarpun argonya lebih mahal sekalipun. Turis akan rela membayar. Eksekutif yang sering berpergian dinas sendiri pasti akan menggemari Taksi Turis ini. Karena sang supir bisa di Wilayah wisata, seperti Jakarta, Bandung, Yogya,dan Bali, perlu menyediakan pelayanan Taksi Turis ini.

Teman saya berteori, yang dibutuhkan adalah sebuah training centre, di mana supir taksi bisa mendapatkan pelajaran di kelas 2 minggu sekali selama 2-3 jam untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Di samping training centre, perlu juga disediakan warnet gratis di mana supir taksi sehabis melakukan tugasnya, bisa surfing di web site yang didesain sedemikian rupa untuk mengupdate pengetahuannya.

Bisa saja berita tentang mall baru, restoran baru, dan juga cerita sesama supir taksi. Supir taksi yang diberdayakan seperti konsep ini akan menjadi duta besar tak resmi yang inovatif. Kalau saja Anda baru pernah datang ke Indonesia, dan di airport Anda disambut supir taksi yang ramah, taksi yang bersih dan nyaman,serta supir taksi yang fasih berpengetahuan, kesan pertama Anda tentang Indonesia mungkin akan super fantastis. Ide ini cukup gila, tapi kalau diterapkan, rasanya tidak akan makan biaya banyak. Cukup murah malah !

Sumber:Kafi Kurnia

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback