Dinasti Sung utara 960 sampai 1127
Bayangkan hal ini: anda diserang oleh seekor macan. Dapatkah anda memberikan tangan anda kepada binatang buas ini dan dengan naif berharap bahwa ia tidak akan menyantap sisa tubuh anda? Tentu saja tidak. Prinsip yang sama dapat diterapkan dalam hal politik dan peperangan, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi pada jaman dinasti Sung Utara.
Suku-suku barbar di sebelah timur laut menggerakkan semua pasukan mereka dan menyerang Cina. Pasukan perbatasan tidak dapat menghentikan agresi mereka yang luar biasa dan secara bertahap mengundurkan diri. Dalam satu hari, lima pesan peringatan dikirimkan ke istana kekaisaran, mendesak Kaisar Sung Chen untuk memperkuat pasukan-pasukannya sesegera mungkin.
Sang kaisar merasa sangat gusar. Ia memanggil perdana menterinya Kwo Joen keruang pribadinya dan mendiskusikan masalah yang mendesak ini. Setelah berbincang bincang sejenak, perdana menteri yang berkepala dingin itu menyarankan agar sang kaisar harus secara pribadl mengunjungi medan pertempuran.
"Apakah kamu sudah gila?" teriak sang kaisar. Karena terkejut akan rekomendasi yang berani ini, sang tuan, yang wajahnya langsung berubah pucat, membantah penasehatnya itu. "Mengapa aku harus pergi ke utara dan mempertaruhkan nyawa saya sendiri melawan bangsa barbar itu? Tidak bisakah aku mengirimkan beberapa jenderal yang cakap untuk mengatasi masalah ini bagiku?"
"Saya khawatir hal itu tidak mungkin." jawab perdana menteri tersebut tenang. "Musuh kita benar-benar serius. Mereka mempertaruhkan semua milik mereka dalam. permainan gila-gilaan ini. Kita harus menghadapi mereka dengan yang terbaik pula. Seluruh negara ini adalah milik Yang Mulia.
Dengan ketekunan dan keberanian, Yang Mulia akan dapat mempertahankan semuanya. Sebaliknya, apabila kita menyerahkan satu inci saja dari tanah kita, kita mungkin tidak akan pernah mendapatkannya lagi. Seberapa luas daerah yang sanggup Yang Mulia serahkan secara cuma-cuma kepada mereka?"
Setelah cukup lania rnempertimbangkannya, sang kaisar setuju untuk memimpin sendiri pasukannya. Meskipun demikian, keesokan harinya pada suatu pertemuan kekaisaran, banyak pejabat yang mengusulkan hal sebaliknya. Seorang menteri senior bernama Wong Chin Zou menasehatkan untuk mernindahkan ibukota ke Cina Selatan.
Chen Yau Yde, seorang pejabat tinggi lainnya, mengusulkan untuk memindahkan pemerintahan ke suatu lokasi tertentu di daerah tenggara. Sang kaisar, yang sebenarnya tidak ingin turun sendiri ke medan perang, mulai bimbang. la berkata bahwa ia ingin mengevaluasi kedua kemungkinan itu dengan serius.
"Omong kosong!" teriak sang perdana menteri kepada kedua pejabat itu. "Apakah kalian mau dituduh berkhianat karena mengusulkan hal - hal yang demikian?" la berbalik menghadap sang kaisar. `Apakah Yang Mulia akan merasa puas mempertahankan hanya setengah atau bahkan seperempat dari kekaisaran kita?
Mengapa kita harus dengan suka rela mundur ke daerah-daerah terpencil itu? Sekali kita mengelak dari penjajah, mental kita akan hancur selamanya. Lalu, kemanakah Yang Mulia dapat pergi dan menemukan tempat berlindung? Di masa yang penuh bahaya ini kita harus bergerak maju dan dengan berani menghadapi tantangan. Sebab jika tidak, nasib kita akan ditentukan oleh sikap pengecut kita. "
Dengan penuh kekhawatiran dan keengganan, kaisar itu menerima sudut pandangnya dan memerintahkan para pembantunya untuk mengumumkan bahwa ia akan memimpin sebuah pasukan. Dalarn waktu kurang dari satu minggu, setelah mendengar pengurnuman itu, banyak komandan dan jenderal dengan penuh semangat menggerakkan pasukannya untuk mengawal kaisar mereka.
Ketika bendera sang kaisar tampak di arena pertempuran, para tentara bersorak penuh semangat. Bendera itu menjadi bintang pemandu mereka. Dengan mempercayai bahwa kaisar mereka yang menyerupai dewa memang. menghargai mereka, para tentara melakukan yang terbaik untuk mempertahankan tanah air mereka.
Setelah beberapa pertempuran militer berdarah lagi, serangan musuh dapat di hentikan. Melihat bahwa harapan untuk memenangkan peperangan sudah sima, para penyerang dari utara mencari jalan damai. Segera mereka menandatangani perjanjian damai dengan Cina.
Dalam sebuah situasi antara hidup dan mati, di mana kekuatan anda seimbang dengan kekuatan musuh, anda harus dengan berani menghadapi musuh anda sendiri. Apabila anda berkelit dari krisis, anda akan tersapu dan terlupakan oleh pasang surutnya peristiwa. Sebagai penentu nasib anda sendiri, anda harus menghadapi tantangan itu secara langsung.
(taken from Wisdom's Way by Walton C. Lee)
________________________________________________
Search for love, for it is the most important ingredient of life.
Without it, your life will echo emptiness.
With it, your life will vibrate with warmth and meaning.
Even during any hardship, love will shine through.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback