Pages

Tuesday, May 19, 2009

Catatan Pengalaman Bisnis Serabi Imut

(nice story)

Riana (26 tahun) menikah di usia muda. Suaminya saat itu adalah seorang mahasiswa. Maka untuk keperluan nafkah sehari-harinya mereka masih mengandalkan pada kedua orangtuanya. Orangtua Riana ialah seorang pedagang daging dengan penghasilan yang ala kadarnya. Penghasilan inilah yang dijadikan sumber kehidupan bagi Riana, Ayahnya, Ibunya, kedua adiknya yang masih SMA, serta anaknya yang saat itu berusia 1,5 tahun.

Dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang itulah adik2 Riana pernah tidak masuk sekolah selama seminggu (seminggu masuk seminggu kemudian tidak masuk) dikarenakan tidak memiliki ongkos. Pernah pula Riana memberikan campuran garam pada susu anaknya agar ia bisa cepat berhenti menyusui. Hal itu dikarenakan kesulitan ekonomi yang dialami, Ditambah lagi saat itu anaknya tsb hanya bisa diberikan susu formula (instant).

Maka berbekal kebutuhan yang mendesak itulah Riana mengusulkan untuk berdagang serabi. Mengapa serabi? karena pada saat itu lagi berjamurnya warung-warung tenda, serabi hanya didagangkan pada waktu pagi. Maka diusulkan untuk berdagang serabi di malam hari. Pada saat itu keluarganya menertawakannya. Namun Riana tetap bersikeras.

Akhirnya berbekal besi pemberian tetangganya. Ayah Riana membuatkan tungku pembakaran serabi (saat itu belum ada tungku pembakaran dalam posisi berdiri). Untuk modal awal saat itu ia merelakan uang susu anaknya Rp.50.000,- untuk dibelikan keperluan berdagangnya.

Maka mulailah ia berjualan dari mulai 3 sore hingga malam hari, bahkan pernah hingga pukul 2 dini hari. Cemoohan pun datang dari tetangga kanan-kiri. Ia diisyukan menjual 'serabi' lain disamping serabi oncom dan manis. Namun cemoohan itu ditepisnya walau dengan sedih hati.

Pertamakali berdagang, ia mendapatkan untung Rp. 10.000,- alangkah bahagianya hatinya saat itu bisa mendapatkan uang sendiri. Maka segera uang itu ia berikan keperluan untuk anak dan adik-adiknya. Lambat laun usahanya kian maju. Tempat jualannya pindah ke depan SMPN 12 Bandung, lali di depan kampus NHI. Saat itupun ia telah bisa mencicil roda untuk berjualan.

Demikianlah usahanya terus berkembang. Tungku pembakaran yang jumlahnya cuman satu, lambat laun ditambah hingga mencapai 20 tungku. Rasa serabi pun dikembangkan dari hanya2 rasa menjadi 20 rasa.

Kini, 4 tahun kemudian, ia telah mampu menyewa tempat permanen di Jl.Setiabudhi 173 Bandung dengan sewa 30 juta rupiah pertahun. Anaknya kini menjadi perhatian utamanya. Apapun segala keinginan anaknya akan berusaha dipenuhi sebagai pengganti dari dikorbankannya uang susu Rp. 50 ribu saat pertama kali memulai usaha.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan"


Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback