Pages

Saturday, April 25, 2009

MUSIK MENCERDASKAN ANAK DAN MENYEMBUHKAN PENYAKIT

Musik mampu meningkatkan keharmonisan hubungan antarmanusia. Selain iramanya yang membuai, syairnya pun sering kali bermuatan pesan-pesan moral yang positif. Bahkan, hasil penelitian para dokter di Barat menyatakan bahwa musik klasik mampu meningkatkan kecerdasan anak dan menyembuhkan berbagai gangguan fisik, mental, dan emosi manusia.

Hal itu diungkapkan dr Soenanto Roewijoko, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam seminar "Memanfaatkan Musik untuk Mengembangkan Intelegensi, Kreativitas dan Kepribadian," sebagaimana dilaporkan Pembaruan.

Soenanto mengatakan, membiasakan anak mendengarkan musik klasik sejak dalam kandungan bisa merangsang peningkatan intelektual, kemampuan motorik, sosial, dan keterampilan. "Dari penelitian diketahui,kecerdasan spasial dapat meningkat sampai 50 persen pada anak-anak yang memperoleh stimulasi musik sejak awal, dibanding dengan anak-anak yang tidak memperoleh stimulasi musik yang hanya meningkat sekitar enam persen," tuturnya.

Namun, diakui, pemahaman mengenai stimulasi musik klasik yang bisa meningkatkan kecerdasan itu masih sering disalahartikan orang awam. Banyak orang mengatakan bahwa stimulasi musik klasik dapat memperbesar ukuran otak anak. Bila ukuran otak lebih besar, anak itu dianggap lebih cerdas daripada anak yang memiliki otak berukuran "biasa."

Menurut Soenanto, pemahaman itu salah besar karena secara teori ukuran otak terbukti tidak berbanding lurus dengan tingkat kecerdasan intelektual dan emosional anak. Peran musik klasik bukan memperbesar ukuran otak anak, tetapi merangsang pertumbuhan sel-sel otak terutama sel dendrit dan akson yang berperan sebagai penghubung antarsel dalam otak.

"Semakin banyak jumlah dendrit dan akson yang dimiliki anak,kemampuan anak untuk menangkap pesan, memahami makna, dan mengambil keputusan menjadi lebih cepat. Anak-anak yang cepat tanggap bisa digolongkan sebagai anak yang cerdas," ucapnya.

Bagi ibu-ibu yang menginginkan kecerdasan anaknya bertambah, bisa melakukan terapi musik klasik sejak anak masih dalam kandungan. Waktu terbaik untuk memulai, yaitu saat kandungan berusia 18 minggu karena pada masa ini janin sedang membentuk sel-sel otak, dan syaraf janin sudah memberikan respons kepada stimulasi suara. Caranya, sang ibu mendengarkan musik klasik setiap hari selama 30 menit, sumber music setidaknya 50 cm dari sang ibu.

Si ibu boleh melakukan terapi tersebut di mana saja, dalam kendaraan ketika bepergian atau ketika ibu sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, memasak, atau mencuci piring. Yang terpenting, terapi itu harus dilakukan secara berkesinambungan.

Setelah lahir, sebaiknya anak terus dibiasakan mendengarkan music klasik, baik itu melalui kaset, VCD, maupun menghadiri konser music klasik. Terapi itu sebaiknya dilakukan sebelum anak berusia tujuh tahun.

Mengapa musik klasik menjadi pilihan? Sebab musik klasik memiliki frekuensi alfa, gelombang alfa dikaitkan dengan relaksasi, ketika otak bisa menerima informasi baru.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak semua musik klasik bisa dijadikan musik terapi. Untuk usia kehamilan 18 minggu sebaiknya ibu mendengarkan musik klasik karya WA Mozart komposisi konser piano nomor 21, konser seruling nomor satu dan dua, kuartet seruling nomor satu sampai empat, serta konser seruling dan harpa.

Untuk bayi sungsang, ibu bisa melakukan terapi musik dengan mendengarkan karya-karya WA Mozart, Antonio Vivaldi, atau Lv Beethoven. Terapi musik klasik juga bisa diberikan pada orang dewasa yang mengalami gangguan fisik. Bagi mereka yang ingin bebas dari kelesuan (inertia), komposisi Emperor Concerto karya Ludwig van Beethoven,Homage March karya Edward Grieg, dan Mars Hongaria karya Hector Berlioz, bisa menjadi pilihan.

Jika nafsu makan berkurang, sebaiknya mendengarkan komposisi konser piano nomor satu karya F Chopin dan komposisi Iberia karya Albeniz. Pada saat tekanan darah tinggi kambuh, komposisi konser keyboard karya JS Bach, komposisi konser oboe karya Antonio Vivaldi, atau komposisi Carmen karya Bizet, yang terbukti mampu meredakannya.

Sedangkan untuk menanggulangi gangguan syaraf dan otot, terapi music dengan mendengarkan komposisi Clair de lune karya Claude Debussy dan Grand March Aida karya Guiseppe Verdi.

Selain untuk terapi gangguan fisik, musik klasik juga bisa dipakai untuk menanggulangi penyakit bagi pasien yang memiliki gangguan mental tidak jernih. Mereka bisa diterapi dengan diperdengarkan komposisi trio piano karya Franz Joseph Haydn, Water Music karya GF Handel, dan 555 Sonata Harpsichord karya Domenico Scarlatti.

Sedang untuk pikiran yang tak terang bisa diterapi dengan mendengarkan komposisi Brandenburg Concerti karya JS Bach dan Sonatas karya WA Mozart.

Selain itu, beberapa resep singkat bisa dilakukan jika sedang dilanda kemarahan, yaitu mendengarkan Overture Egmont karya Beethoven, jika kurang tenang sebaiknya mendengarkan Cassations karya WA Mozart, jika mengalami ketegangan sebaiknya mendengarkan konser seruling dan harpa karya WA Mozart.

Depresi bisa diredakan dengan mendengarkan La Mer karya Claude Debussy. Kebosanan bisa dihilangkan dengan mendengarkan konser terompet karya FJ Haydn. Rasa keberanian bisa dipupuk dengan mendengarkan Symphony No 3, karya Lv Beethoven.

Daya khayal dan kreasi bisa ditumbuhkan kembali dengan mendengarkan komposisi Carmen karya Bizet. Jika rasa cinta dan devosi mulai terkikis, sebaiknya Anda mendengarkan komposisi Fur Elise karya Beethoven, atau konser biola" karya F Mendelssohn. Jika daya meditasi menurun, komposisi Ave Verum Corpus dan Sanctus karya WA Mozart bisa menjadi pilihan.

Berkaitan dengan terapi penyakit dengan musik klasik itu, pencipta lagu anak-anak AT Mahmud menyatakan prihatin karena masih banyak orang berpendapat bahwa mendengarkan musik klasik Barat berarti akan menghilangkan citra budaya ketimuran.

Menurut AT Mahmud, terapi itu tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mampu menikmati karya musik tersebut. Keberhasilan suatu terapi musik tergantung bagaimana orang itu bisa melepaskan belenggu yang mengungkung dia dalam mengapresiasi musik tersebut.

Masyarakat kita, katanya, selalu ketakutan jika diperkenalkan dengan musik klasik. Mereka sering kali mengidentikkan musik klasik dengan budaya Barat. Selama ini masyarakat tidak menganggap musik sebagai karya manusia yang perlu dihargai, tetapi memandang musik sebagai produksi budaya luar yang harus diwaspadai.

Musik klasik memang masih asing di telinga kita, untuk itu kaum cendekiawan dari negeri sendiri perlu mencari alternatif musik klasik dari Tanah Air, seperti calung, angklung, gending, dan kolintang yang mungkin juga bisa menjadi salah satu alternatif terapi musik itu.



---------------------------------
indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback