Pages

Wednesday, April 8, 2009

Child Abuse Beberapa Sudut Pandang

Dave Pelzer Korban Selamat
Sebagai anak yang hidup dalam kegelapan, saya merasa takut seumur hidup dan saya kira hanya saya seorang diri yang hidup seperti itu. Kini,setelah dewasa, saya tahu bahwa saya bukan satu-satunya anak yang mengalami kehidupan seperti itu-ada ribuan anak lain korban penyiksaan.

Ada beragam. sumber informasi, tetapi diperkirakan satu dari lima anak mengalami penyiksaan fisik, emosional, dan seksual di negara kami (Amerika Serikat). Sayangnya, sebagian masyarakat yang tidak memperoleh cukup informasi beranggapan bahwa kebanyakan tindakan penyiksaan tidak lebih daripada sekadar tindakan agak berlebihan orangtua dalam menjalankan "hak" mereka untuk mendisiplinkan anak-anaknya. Boleh jadi mereka juga beranggapan bahwa penegakan disiplin yang berlebihan pada masa kanak-kanak tidak mempengaruhi sikap mereka setelah dewasa. Informasi seperti itu sangat menyesatkan, bahkan bisa berakibat tragis.

Pada setiap saat, seorang dewasa yang pernah menjadi korban penyiksaan di masa kecilnya mungkin saja melampiaskan rasa frustrasinya kepada lingkungan sosialnya atau kepada orang-orang yang ia cintai. Menyangkut kasus-kasus yang luar biasa, masyarakat luas biasanya cepat mengetahuinya. Peristiwa-peristiwa yang menghebohkan menjadi santapan media, yang pada gilirannya menaikkan peringkat media bersangkutan.

Kita mendengar kejadian tentang seorang ayah yang pengacara yang meninju anaknya sampai pingsan lalu meninggalkan si anak tergeletak begitu saja di lantai, sementara ia sendiri kemudian pergi tidur. Kita mendengar kejadian tentang seorang ayah yang membenamkan kepala anaknya yang masih kecil ke toilet. Kedua anak itu tewas.

Bahkan ada kasus yang lebih menghebohkan lagi, yakni ibu dan ayah masing-masing membunuh seorang anaknya latu menyembunyikan mayat kedua anak itu selama empat tahun. Ada kisah-kisah lain yang juga menggemparkan, seperti seorang anak korban penyiksaan yang tumbuh menjadi seorang pria pembantai dengan menembaki orang-orang tak berdaya di McDonald's, sehingga polisi terpaksa menembaknya mati.

Yang lebih umum terjadi adalah anak-anak yang tak dikenal yang menghilang begitu saja, seperti anak tunawisma yang tinggal di bawah jembatan layang dan menggunakan kardus sebagai rumahnya. Setiap tahun ribuan anak perempuan korban penyiksaan kabur dari rumah mereka lalu menjual diri untuk bertahan hidup. Ada juga mereka yang memberontak,lalu menjadi anggota geng-geng dan sepenuhnya melibatkan diri dalam tindakan kejam serta merusak.

Banyak anak korban penyiksaan menyembunyikan masa lalu mereka dalam-dalam di dalam dirinya, sedemikian dalam sampai-sampai kemungkinan mereka sendiri menjadi orang dewasa penyiksa sangat tak terduga. Mereka hiclup normal, menjadi suami atau istri, membangun rumahtangga, dan membangun karier. Namun persoalan sehari-hari sering memaksa mereka yang dulunya adalah anak korban penyiksaan bertingkah laku seperti tingkah laku yang mereka terima saat kanak-kanak. Pasangan dan anak-anaknya sendiri kemudian menjadi sasaran rasa frustrasinya, dan tanpa disadari terbentuklah suatu lingkaran kemarahan yang sempurna, tak ada habisnya.

Beberapa anak korban penyiksaan berdiam diri dalam tempurung mereka, tak berbuat apa-apa. Mereka melihat ke arah lain, karena mereka percaya bahwa dengan tidak mengakui masa lalu mereka maka semua peristiwa masa lalu itu akan hilang dengan sendirinya. Tampaknya mereka percaya bahwa yang terpenting adalah menjaga Kotak Pandora tetap tertutup rapat.

Di Amerika Serikat, setiap tahun jutaan dolar disumbangkan kepada badan-badan perlindungan anak. Seluruh dana tersebut disalurkan ke berbagai fasilitas seperti asrama yatim piatu (foster homes) dan penampungan remaja Ouvenile halls). Ada juga dana yang disalurkan keribuan badan swasta yang mempunyai misi antara lain upaya pencegahan dini penyiksaan terhadap anak, konseling bagi orangtua yang abusive dan anak-anak mereka yang menjadi korbannya. Setiap tahun jumlah kasus penyiksaan anak terus meningkat. Pada tahun 1990, di Amerika Serikat,,ada 2,5 juta kasus penyiksaan anak yang dilaporkan. Pada tahun 1991 angka itu meningkat jadi lebih dari 2,7 juta kasus. Dan ketika artikel ini saya tulis, angka itu sudah melebihi 3 juta kasus.

Mengapa? Apa yang menyebabkan tragedi penyiksaan anak terjadi? Apakah kasusnya seburuk yang dilaporkan? Dapatkah tragedi itu dihentikan? Dan mungkin pertanyaan yang paling penting diajukan adalah, seperti apakah penyiksaan itu dari sudut pandang anak kecil?

Yang baru saja selesai Anda baca adalah kisah tentang sebuah keluarga biasa yang menjadi berantakan akibat rahasia yang tersembunyi di antara mereka. Kisah itu dipaparkan. dengan dua tujuan: pertama, memberikan informasi kepada pembacanya bagaimana orangtua yang penuh cinta dan penuh perhatian bisa berubah menjadi monster tanpa belas kasihan dan abusive, yang melampiaskan. segala rasa frustrasi kepada seorang anak kecil yang tak berdaya; kedua, menunjukkan keberhasilan untuk tetap bertahan hidup serta kemenangan semangat hidup manusia dalam mengalahkan berbagai perlakuan ganjil yang seakan-akan tak terkalahkan.

Ada pembaca yang akan merasakan. bahwa kisah ini tidak nyata dan. membuat perasaan tidak nyaman, tetapi penyiksaan terhadap anak-anak atau child abuse adalah sebuah gejala yang memang menimbulkan rasa tidak nyaman dan itu sungguh terjadi di masyarakat kita. Penyiksaan anak memiliki efek domino, saling terkait, yang menyentuh semua pihak yang berhubungan dengan keluarga bersangkutan.

Yang menanggung penderitaan terbesar adalah si anak sendiri, baru kemudian terbagi di antara para anggota keluarga langsung sampai pasangan hidup, yang sering kali merasa tercabik dalam memihak- antara si anak dan pasangan hidupnya. Dari situ,penderitaain menyebar kepada anak-anak lain dalam keluarga bersangkutan yang tidak tahu-menahu tetapi juga merasakan ketakutan yang diakibatkannya. Yang juga terlibat dalam efek domino itu adalah para tetangga yang mendengar teriakan atau jeritan namun tidak berbuat apa-apa, para guru yang melihat luka-luka atau. memar-memar dan harus berurusan dengan murid yang mengalami kesulitan menangkap pelajaran, Lalu para sanak keluarga yang berniat membantu namun tidak ingin kehilangan tali persaudaraan.

Kisah ini lebih daripada sebuah kisah mempertahankan kelangsungan. hidup. Kisah ini merupakan sebuah cerita kemenangan. Bahkan dalam. saat-saat yang paling kelam pun, kemauan hiduplah yang berusaha tak kunjung padam. Perjuangan fisik mempertahankan. kelangsungan hidup memang penting, tetapi yang lebih penting dan. bermakna lagi adalah mempertahankan semangat agar tetap hidup.

Kisah ini merupakan kisah hidup saya dan saya sendirilah yang mengalaminya. Selama bertahun-tahun saya dikurung dalam kegelapan,dikucilkan dari pikiran dan perasaan saya sendiri, merasa sendirian, serta menjadi anak yang selalu dikalahkan. Pada mulanya saya sekadar ingin menjadi seperti orang-orang lain pada umumnya, namun motivasi saya berkembang terus. Saya ingin menjadi "pemenang". Selama lebih dari 13 tahun saya mengabdikan diri bagi negara sebagai anggota militer.

Sekarang saya mengabdi negara dengan cara memberikan berbagai seminar dan workshop kepada mereka yang membutuhkan, untuk membantu mereka memutuskan mata rantai yang mengekang mereka. Sebagai salah satu korban child abuse yang mampu bertahan, saya membawa pesan bagi anak-anak yang mengalami penyiksaan dan bagi mereka yang mendampinginya.

Saya membawa sebuah perspektif yang saya peroleh melalui kenyataan brutal sebagai korban dan berharap bahwa perspektif itu memupuk harapan bagi masa depan yang lebih baik. Yang lebih penting lagi, saya berhasil memutus lingkaran setan kemarahan dan menjadi seorang ayah yang membuat satu-satunya kesalahan, yaitu memberikan terlalu banyak kasih sayang dan dukungan bagi anak lelakinya.

Dewasa ini di Amerika Serikat terdapat jutaan orang yang sangat membutuhkan bantuan. Menjadi tugas saya mendampingi mereka yang membutuhkan bantuan itu. Saya yakin kita perlu tahu bahwa apa pun yang pernah kita alami di masa lalu, kita pasti mampu mengalahkan sisi gelapnya dan menuju dunia yang lebih terang. Memang kedengaran seperti sebuah paradoks bahwa tanpa pengalaman sebagai anak yang mengalami penyiksaan, saya mungkin tidak pernah menjadi diri saya sekarang ini.

Masa gelap yang saya alami ketika masih kanak-kanak memberi saya kemampuan yang sangat baik untuk menghargai hidup. Saya beruntung memiliki kemampuan mengubah tragedi menjadi sebuah kemenangan. Itulah kisah saya.

Mungkin belum pernah terjadi dalam sejarah Amerika sebuah keluarga mengalami tekanan seperti saat ini. Berbagai perubahan di bidang ekonomi dan sosial telah mendesak keluarga sampai ke batasnya, dan situasi itu membuat penyiksaan terhadap anak lebih mungkin terjadi. jika masyarakat memiliki pengaruh langsung terhadap persoalan child abuse, itu harus diungkapkan.

Dan jika berhasil diungkapkan, berbagai penyebab terjadinya child abuse dapat dipahami dan barulah dukungan benar-benar bisa diberikan. Masa kanak kanak seharusnya penuh keceriaan, bermain dalam terang sinar matahari; bukannya hidup dalam mimpi menakutkan yang bersumber dalam kegelapan jiwa
_______________________________________________
If we want a love message to be heard, it has to be sent out.
To keep a lamp burning, we have to keep putting oil in it.
***********************************************

Indo community

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback