(karir)
Gaji besar atau kesempatan bolak-balik ke luar negeri bukan jaminan suatu pekerjaan pasti mengasyikkan. Jangan ragu untuk bilang tidak!
Apalagi jika Anda ditawari pekerjaan yang tidak 'kena' di hati.
Siapa sih yang tak tergoda ditawari kesempatan 'emas'?
Bekerja di perusahaan besra dengan gaji fantastis, ditambah kesempatan training di luar negeri.
Jalan sukses seperti dihamparkan di depan mata. Tapi nanti dulu!
Sebelum memutuskan untuk menerimanya, coba timbang berkali-kali dengan kepala jernih. Benarkah ini perkerjaan yang Anda inginkan? Sadarkah Anda dengan konsekwensi pekerjaan ini? Jangan sampai salah langkah. Bisa-bisa manuver yang Anda lakukan sama sekali tidak cocok untuk pribadi atau jalur karier sendiri.
Ada banyak alasan tepat kenapa harus menolak tawaran yang lebih menggiurkan. Mungkin di antaranya Anda belum siap belajar lagi dan menghadapi tantangan dalam kerja yang baru. Atau bahkan cemas beradaptasi dengan teman-teman baru, karena menyadari lingkungan kerja baru sangat kompetitif dan keras. Apalagi jika sebenarnya Anda ragu apakah tawaran yang dijanjikan sesuai dengan kenyataannya.
Atau insting Anda yang terus mengatakan bahwa pekerjaan ini tidak cocok. Gaji besar bukan jaminan Anda nyaman dengan satu pekerjaan.
Coba pikir ulang! Apalagi kalau pekerjaan itu nantinya malah membuat Anda keluar dari jalur impian kerja semula.
Memang butuh nyali besar untuk menolak pekerjaan yang benar-benar menjanjikan. Ingat-ingatlah kalau semua tawaran itu masih hanya omongan belaka, belum bisa dibuktikan. Anda pasti merasa seperti berjalan di udara,serba meraba-raba. Apalagi kalau Anda dalam posisi 'dibajak' untuk bekerja di perusahaan baru. Kerja Anda akan terus dipantau sepanjang waktu, dan sepertinya inilah yang nanti akan jadi beban.
Karin, 29 tahun, membagi kisahnya. "Selama dua tahun saya bekerja sebagai konsultan manajemen. Sampai suatu saat, klien saya memberi masukan.
Katanya, saya lebih cocok bekerja sebagai marketing manager. Saya coba bertanya sedikit tentang pekerjaan ini pada firma marketing yang paling terkenal. Mereka malah meminta saya mengirimkan CV. Surprise sekali rasanya saat saya diundang untuk interview. Dan gaji yang ditawarkan itu lho, jumlahnya sangat menggiurkan."
Tapi dua tahun berikutnya, hidup Karin seperti dalam neraka. Stres tinggi,target dan deadline membuat ketegangan terus menghantui hidupnya.
"Boro-boro meluangkan waktu dengan teman, waktu untuk santai sendiri saja,sudah tidak ada. Rasanya percuma juga punya gaji besar kalau tak bisa menikmatinya," katanya lagi.
"Hidup saya betul-betul dijerat oleh pekerjaan. Setiap hari hanya mencari uang, dan uang lagi. Lingkup kerja yang kompetitif sangat tidak nyaman.
Sampai satu saat, ditengah meeting,saya sadar semua ini sudah terlalu jauh.
Saya putuskan uhtuk berhenti dan kembali ke dunia yang saya cintai, yaitu konsultan." Ternyta kepuasan dalam bekerja tidak bisa dibayar hanya dengan jumlah rupiah yang besar.
Terus Kejar Impian Anda!
Rika, 25 tahun, seorang copywriter sebuah perusahaan iklan di Jakarta,Cukup tahan dengan godaan promosi. Sudah 5 tahun ia bekerja di bidang kreatif, ketika sebulan lalu ia dipromosikan untuk bergabung dengan jajaran Account Executive (AE). Ini artinya ia harus pindah dari bagian kreatif ke ke Bidang dimana bisnis jadi target pekerjaannya. "Meski dipromosikan, saya menolaknya, karena semua itu sama saja mempertaruhkan impian saya untuk menjadi creative director, " kisah Rika.
Menurut Martha Sinetar, penulis Do What You Love, the Money will Follow :
Discovering Your Right Livelihood, "Saat bertemu dengan orang yang mengejar mimpinya, Anda pasti bisa melihat pancaran bahagia di wajahnya. Hidup terlalu pendek untuk hal-hal yang malah membuat Anda sengsara,"
Kenali Situasi Kerja Baru
Coba pelajari apa tuntutan dan konsekwensi dari pekerjaan baru dari Anda,sebelum memutuskan untuk mengambilnya. Meski Anda hobi memasak, tidak berarti Anda cocok bekerja sebagai koki di restoran. Atau posisi Anda yang sudah lumayan kuat saat bekerja di firma kecil, bisa hilang jika masuk ke perusahaan besar. Atau atau tuntutan lembur di pekerjaan baru yang akan menyita waktu bergaul.
Adel, 29 tahun, guru bahasa Inggris yang hobi membaca, senang bukan Kepalang saat seorang teman menawari modal untuk membuka toko buku kecil. Saat merencanakan proposal, pertanyaan kekasihnya membuat Adel terperangah. Siapkah ia untuk mengurusi tetek bengek untung rugi bisnis, memesan stok buku baru,bahkan saat harus berhubungan dengan pelanggan? "Saya tersentil dengan pertanyaannya," katanya jujur. "Apalagi saat membayangkan orang yang dating membaca buku di toko saya yang notabene sama dengan membaca di perpustakaan. Tapi bedanya mereka bukan memberi kartu anggota, tapi uang."
Setelah berpikir pelan-pelan, Adel sadar kalau pun masuk ke bisnis ini,waktunya untuk melakukan hobi membaca pasti jadi semakin sedikit. Dan lagi,ia harus mempelajari ilmu bisnis, subyek yang paling malas dipelajarinya.
Menyadari konsekwensi bahwa membuka toko buku justru akan menjauhkannya Dari dunia membaca kecintaannya, Adel memutuskan menolak tawaran itu.
Turuti Kata Hati
Jangan katakan ya, jika hati kecil Anda mengatakan tidak. Terkadang orang bisa saja menolak pekerjaan yang rasanya menggiurkan dengan alasan yang simple. Ada suatu aspek dalam pekerjaan baru yang nantinya akan membuat tidak nyaman. Agak susah memberi alasan yang jelas pada orang lain atau meyakinkan diri sendiri, bahwa kita tidak melewatkan kesempatan besar. Tapi jangan ingkari kata hati Anda. Penulis Boundaries : When to Say Yes, When
To Say No to Take Control of Life, John Townsend, bertutur "Intuisi akan keluar dari pengalaman dan pasti punya arti".
Denis, 30 tahun, wartawan rubrik sport suatu surat kabar, ditawari bergabung dengan koran khusus olahraga yang prospeknya kelihatannya cerah. Karena diiterbitkan perusahaan penerbit raksasa. Meski pekerjaan ini kedengarannya sangat menarik, dan Denis bisa lebih berkonsentrasi penuh dengan bidang olahraga, tapi ada sesuatu yang membuatnya menolak tawaran ini.
Dan ternyata intuisi Denis tepat. Beberapa bulan setelah diluncurkan, Koran ini gulung tikar karena sepi pemasang iklan dan sepi pembaca. Banyak pegawai yang menganggur. Denis, amat bersyukur ia tidak jadi salah satu di antara mereka. "Beruntung sekali saya percaya kata hati, bukan pada jumlah uang yang ditawarkan."
Menurut John, meski sebenarnya Anda tidak berencana mengganti pekerjaan dan cukup bahagia, pasti Anda merasa bimbang juga bila ditawari pekerjaan lain yang fasilitasnya menggiurkan. Hati-hatilah, pastikan pekerjaan baru tersebut cocok untuk Anda. Asal menerima hanya karena tawaran datang pada Anda bukanlah alasan yang cukup. Pikir matang-matang, sebelum Anda memutuskan menerima tawaran.
Kalau memang tidak sreg, jangan ragu bilang tidak! (cosmopolitan)
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
11 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback