(thoughtful)
Menikah Sekarang? let's think first...Zaman sekarang bercerai bukan lagi benda aneh' dalam kehidupan kita. Ada banyak pasangan di Jakarta dan kota besar lainnya yang rela bercerai meski baru 3-4 tahun menikah. Padahal 20 tahun lalu, bercerai - apalagi dalam usia perkawinan seumur jagung – sudah masuk kategori impossible !
Selingkuh, perbedaan prinsip dan selera, hingga perbedaan gaji saja bisa membuat orang bercerai.
Dulu, waktu pacaran, minta ampun mesranya. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Sebenarnya tidak ada yang salah. Habis, selama ini kita selalu melihat perkawinan sebagai 'akhir segalanya' atau 'jawaban dari semua masalah'. Mau itu masalah ekonomi, social acceptance (kalau nggak married takut dibilang orang aneh) hingga soal seks.
Jarang sekali orang menikah cuma karena mereka betul-betul merasa commited satu sama lain. Kalau mau jujur sih, pacaran sebenarnya bertujuan melatih ikatan semacam itu. Tapi, gimana, kebanyakan pasangan malah terlena dengan asyiknya berpacaran. Justru latihan menjalin ikatan itu yang terlupakan.
Makanya waktu menikah dan dihadapkan pada kenyataan, banyak yang syok. Mending kalau mundur terang-terangan, tapi kalau diam-diam selingkuh? Naa.. ini yang banyak! Tapi, ya, mau bagaimana dong? Sedari kecil kita sudah dicecoki perkawinan adalah jalan keluar mudah dan cepat dari semua permasalahan.
Lihat saja dongeng Cinderella atau Bawang Putih dan Bawang Merah. Begitu bertemu dan saling jatuh cinta, Pangeran langsung melamar Cinderella. Cinderella pun hidup bahagia setelah menikah dengan sang Pangeran. Mestinya,Cinderella dengan rendah hati menolak lamaran Pangeran yang begitu mendadak.
Mereka berasal dari dua lingkungan yang begitu berbeda. Kalau mendadak disatukan, seribu masalah bakalan muncul. Mestinya, cerita berakhir dengan Cinderella dan sang pangeran saling Jatuh cinta. Setelah mereka saling mengenal selama beberapa waktu, baru mereka menikah. And then they lived somewhat happily.
Ini buat menekankan kebahagiaan dalam perkawinan itu fluktuatif. Jadi,begitu muncul konflik dalam perkawinan mereka, pasangan suami istri tidak frustrasi lantaran perkawinannya tidak seindah perkawinan dalam dongeng.
Alternatif lain, Bawang Putih yang menolak lamaran Pangeran memilih untuk melangkah di jalannya sendiri agar bisa mengenal dirinya dengan lebih baik. Maksudnya si Bawang Putih buka binatu, gitu....
(Naaa, kalau yang ini Bawang Putihnya tergolong career woman). Lebih realistis kan? Menghindari perceraian kuncinya cuma satu: tidak usah menikah Soalnya perkawinan bahagia dan langgeng hanya perlu satu kalimat: low expectation.
Ini yang susah. Kita sudah keburu dididik untuk berharap banyak dari perkawinan. Kalau Anda nekat mau menikah juga,sebaiknya mulai sekarang belajarlah untuk lebih realistis.
Sebelumnya, jawab dulu pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jujur sejujurnya. Apa sih arti perkawinan buat Anda? Apa gambaran Anda tentang peran suami dan istri?
Bila pertanyaan tadi sudah terjawab, jangan lupa untuk membekali diri dengan keterampilan 'wajib' agar bisa survive dalam berumah tangga. Selain cinta,suami dan istri perlu memiliki lebih dari sekedar pengertian. Mereka harus punya kemampuan mendengar dengan aktif, komunikasi langsung dan berempati, berkompromi, sabar, lembut pada pasangan, serta saling berbagi.
Dan bila si kecil tiba: belajar untuk tetap hidup aktif meski kurang tidur. What do u think ?
Indo community
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback