Banyak anak berarti banyak rezeki. Itulah motto pasangan suami-istri zaman dahulu. Walaupun di zaman yang sulit seperti sebelum kemerdekaan Indonesia dicapai, pasangan suami-istri zaman dulu mampu dan merasa baik-baik saja dalam hal mempunyai anak. Banyak di antara mereka yang mempunyai anak diatas lima orang, bahkan beberapa mempunyai anak sampai melebihi selusin.
Tapi, bagaimana dengan pasangan zaman sekarang? Mengapa mereka sampai harus ber-KB untuk tidak mempunyai anak yang banyak? Bahkan orang yang secara finansial sangat memadai untuk mempunyai keturunan banyak, kenyataannya semakin berpendidikkan tinggi, semakin sedikit juga anak mereka. Bahkan beberapa pasangan menunda mempunyai anak dengan berbagai cara dan alasan.
Negara Singapura dibuat pusing dengan problem ini. Mungkin Indonesia pun demikian. Hanya belum banyak mengambil tindakan nyata untuk mengatasinya. Seperti kita ketahui bersama juga, anak sekarang tidak sama dengan anak-anak zaman dulu, demikian orangtua memberikan pendapatnya.
Anak zaman sekarang lebih agresif, superaktif, dan suka memberontak, tidak mau dinasihati, sulit diatur dan sebagainya. Banyak ahli yang mengumpulkan hasil penelitiannya, selain faktor makanan dan pola hidup yang berubah, perilaku itu ditunjang pula dengan kemajuan teknologi yang menjadi penyebab terbentuknya anak-anak zaman sekarang.
Suasana dan Emosi
Yang lebih mengejutkan ditemukan oleh para ahli adalah bagaimana suasana dan emosi yang dialami calon orangtua yang sedang melakukan proses pertemuan antara sel sperma dan sel telur (pembuahan). Hal itulah yang menjadi kunci cikal bakal dari kualitas hidup, yaitu kesehatan jasmani dan rohani (EQ, IQ,SQ) bagi seorang anak manusia.
Beberapa suku bangsa dan aliran keagamaan tertentu sangat menekankan kesakralan dalam melakukan hubungan intim, terutama kalau hubungan intim tersebut dilakukan dengan harapan terjadinya pembuahan, yaitu di mana dalam hal melakukan perbuatan tersebut pasangan menginginkan terjadinya kehamilan.
Orang Tionghoa mempunyai peraturan yang ketat dalam hal ini. Dalam aturan penganut Tao, diuraikan bahwa pertemuan sel telur dan sperma adalah suatu peristiwa yang tidak bisa dilupakan dan dianggap sepele. Bahkan energi yang menentukan kualitas seorang anak dimulai dari pendekatan (masa pacaran) calon ibu dan ayah tersebut, dimulai dari masa ketika pasangan sering bertemu dan dalam suasana apa dan cuaca yang bagaimana. Energi yang menelungkupi calon orangtua itu harus diperhatikan benar. Maka, aliran Tao dan Tantra yoga memberi tahu beberapa hal, di antaranya:
- Jangan bertemu untuk pacaran di tempat yang mempunyai energi buruk seperti tempat maksiat, tempat kesedihan umumnya seperti kuburan dan sebagainya.
- Jangan melakukan hubungan intim kala terjadi cuaca buruk, seperti angin badai, banyak petir/guntur dan gempa bumi, juga suasana alam yang negative lainnya.
- Setelah selesai melakukan hubungan intim, pasangan tersebut diharuskan terus memelihara suasana bahagia di antara mereka, hindarkan pertengkaran sekecil apa pun.
- Setelah diketahui sang ibu mengandung, dinasihati jangan melihat hal-hal buruk. Usahakan untuk menghindari suasana berduka seperti melayat orang yang meninggal atau ke pemakaman. Jangan menonton film-film yang tegang seperti pembunuhan atau film perang. Hindari suasana takut, terkejut, dan marah.
- Ibu yang mengandung harus banyak melihat warna yang cerah menyenangkan dan merasa damai. Banyak beramal dan berdoa karena ritual-ritual yang baik seperti berdoa dan melakukan kegiatan sosial mampu merespons energi yang positif dari alam semesta yang akan membantu pertumbuhan bayi yang dikandung
Titipan Tuhan
Hal tersebut pasti dilakukan oleh orangtua jika kehamilan memang direncanakan. Nah, bagaimana kalau kehamilan tidak direncanakan?
Banyak pasangan suami-istri yang merasakan gagal KB (Keluarga Berencana),kemudian telanjur hamil berusaha untuk menggugurkan kandungan tersebutdengan banyak cara. Sebaiknya setelah disadari sang ibu mengandung, entahdiharapkan atau tidak, berapa pun usia kandungan Anda karena kehamilan menandakan sudah suksesnya sel ibu dan sel ayah bertemu untuk membentuk janin, maka tidak masuk akal kalau ada yang bilang kandungan masih kecil,boleh tidak dianggap (tidak masalah untuk coba digugurkan).
Menyadari diri sudah mengandung janin, walaupun baru berusia beberapa hari saja, sebaiknya segeralah ubah pola pikir untuk tak merasa kehamilan ini tak diinginkan. Hal itu sudah terjadi. Maka, terimalah anak tersebut sebagai titipan Tuhan.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli ilmu jiwa, dan didapat kesimpulan: anak-anak yang merasakan kedatangannya di dunia ini tidak diharapkan orangtuanya condong tumbuh menjadi anak yang memberontak. Beberapa berlaku lebih parah lagi.
Hal senada juga disimpulkan oleh ketua-ketua keagamaan seperti pendeta dari Kristen, Hindu, Buddha, Islam, dan para pastor Katolik. Mendapat kenyataan luka batin seorang anak yang terjadi, walaupun baru di awal bertemunya sel telur dan sperma sampai dia menjadi janin yang belum berbentuk tubuh sempurna saja, sudah berakibat fatal untuk pertumbuhan kejiwaannya selama hidupnya. Apalagi kalau janin itu sudah tumbuh menjadi bayi, terus menjadi seorang anak pasti lebih parah lagi.
Suara Pembaruan
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback