Sumber : http://www.surya.co.id/22102002/list.phtml
Selain penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis atau diabetes mellitus tipe 2 juga menjadi pemicu terbesar terjadinya penyakit gagal ginjal. "Bahkan boleh dibilang 50 persen pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis (cuci darah) adalah mereka yang menderita penyakit diabetes mellitus," kata Prof Dr dr Askandar Tjokroprawiro SpPD-KE dihadapan peserta Annual Meeting 2002 Perhimpunan Nefrologi Indonesia di Hotel Shangri-La, Surabaya, Jumat (18/10) lalu.
Menurut Askandar, Diabetic Nephropathy atau penyakit ginjal yang dikarenakan komplikasi diabet semakin hari jumlahnya semakin meningkat,sejalan dengan peningkatan jumlah penderita diabet. Sebagai gambaran, kalau pada tahun 2000 jumlah penderita diebet mencapai 4 juta orang, maka pada tahun 2002 ini meningkat menjadi 4,5 juta orang. Bahkan pada tahun 2010 nanti, jumlah penderita diabet di Indonesia diperkirakan bakal mencapai 6,5 juta orang.
Di Surabaya sendiri, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2002 mencapai sekitar 60.000 orang. Di RSUD Dr Soetomo tercatat 30.000 penderita, dimana 3.500 orang di antaranya mengalami Diabetic Nephropathy. "Sedangkan di instalasi hemodialisis tercatat 500 orang yang melakukan dialisis (cuci darah) adalah penderita diabet," kata Prof Askandar.
Lebih jauh Askandar menjelaskan, seseorang yang menderita diabetes selama lima tahun, jika gula darah tidak terkontrol, risiko terkena komplikasi ginjal mencapai 75 persen. Bahkan perkembangannya sekarang, sudah banyak orang yang menderita diabetes selama dua tahun sudah terkena komplikasi ginjal.
Bila seorang penderita diabetes mengalami komplikasi ginjal dan harus menjalani dialisis, maka tingkat atau risiko kematiannya mencapai 53 persen. "Lebih-lebih mereka yang menjalani hemodialisis," ungkap kepala Instalasi Diabetes dan Nutrisi RSUD Dr Soetomo/FK Unair Surabaya ini.
Agar penderita diabetes tidak sampai mengalami hal seperti itu, menurut Prof Askandar mereka perlu melakukan hal-hal di bawah ini:
* Mengontrol kadar gula.
* Mengatur pola makan atau menjalani diet.
* Tidak merokok.
* Menjaga tekanan darah.
Konsultan endokrin ini juga menyatakan, jika terjadi proteinuria (adanya protein dalam urine) yang tidak dikarenakan penyakit ginjal atau retinopathy (kerusakan retina), hal itu merupakan indikasi terjadinya Diabetic Nephropathy. "Ini adalah kriteria yang ada di Surabaya," kata Askandar.
Pencegahan
Sementara itu, Prof Dr dr Wiguno Prodjosudjadi SpPD-KGH menambahkan, Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) yang membutuhkan dialisis semakin bertambah jumlahnya. Sedangkan biaya untuk melakukan dialisis semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan pasien.
Kesulitan mendapatkan donor ginjal dan biaya cangkok ginjal dan obat yang diperlukan untuk mempertahankan ginjal cangkok, pada sebagian masyarakat masih jauh dari jangkauan. "Keadaan ini mengharuskan kita untuk merubah paradigma pengobatan di masa mendatang, dari upaya kuratif ke upaya preventif, untuk mencegah berkembangnya penyakit ginjal menuju gagal ginjal," kata Wiguna.
Menurut ahli ginjal dari FK UI/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta ini, perubahan pola penyakit perlu mendapatkan perhatian lebih baik, sehingga dapat mengantisipasi keadaan di masa mendatang. "Glomerulonefritis (peradangan ginjal disertai dengan infeksi seluruh tubuh) masih merupakan penyebab tersering PGTA, walaupun diabetes mellitus jelas menambah kasus PGTA yang membutuhkan dialisis," tutur Prof Wiguno.
Dikatakannya, deteksi dini glomerulopati dan pengobatan yang akurat, perlu dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit menuju ke gagal ginjal. "Karena itu penyuluhan kepada masyarakat perlu lebih digalakkan," demikian Prof Wiguno Projosudjadi. (nke)
Fatin Shidqia Lubis - Aku Memilih Setia
12 years ago
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback