Pages

Wednesday, June 3, 2009

Antara Stroke dan Afasia..!

HASIL pemeriksaan kesehatan mantan Presiden Soeharto yang diumumkan awal pekan ini menyebutkan bahwa penguasa Orde Baru itu mengalami gangguan berbahasa yang disebut afasia. Gangguan itu berasal dari gejala sisa stroke yang dialaminya tiga tahun lalu.

Tak banyak yang paham kalau akibat stroke bukan hanya lumpuh. Soalnya, hasil penelitian ASEAN Neurological Association (Asna) di tujuh negara ASEAN menunjukkan, hanya 15 persen yang mengalami gangguan neuropsikologi ini. Sebagian besar (95 persen) mengalami gangguan motorik, termasuk kelumpuhan.

Dampak stroke memang amat bervariasi, tergantung bagian mana dari otak yang terkena. Namun, karena lesi atau kerusakan itu bisa terjadi di mana saja maka gangguan tidak selalu tunggal. Stroke adalah serangan otak mendadak akibat tersumbatnya dinding pembuluh darah di otak. Aliran darah jadi terhambat atau pembuluhnya pecah sehingga terjadi perdarahan. Sel-sel otak yang kekurangan atau kelebihan darah tentu bisa rusak. Kerusakan yang menetap menimbulkan berbagai gangguan motorik maupun perilaku.

Menurut dr Silvia Francina Lumempouw SpS dari Subbagian Fungsi Luhur Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, afasia muncul karena gangguan di bagian-bagian otak yang bertugas memahami bahasa lisan dan tulisan, mengeluarkan isi pikiran,mengintegrasikan fungsi pemahaman bahasa dan mengeluarkannya, serta mengintegrasikan pusat fungsi berbahasa ini dengan lainnya.

Di pusat bahasa, manusia memahami dan mengenal huruf, suku kata, arti kata,kalimat sederhana, kalimat bertingkat sampai yang kompleks dan abstrak,serta berbagai macam bahasa. Sedang di bagian lain ada yang bertugas mengeluarkan isi pikiran secara lisan dan tulisan, yang berarti harus berkoordinasi dengan pergerakan otot-otot jari.

Umumnya afasia muncul bila otak kiri terganggu. Soalnya, otak kiri bagian depan berperan untuk kelancaran menuturkan isi pikiran dalam bahasa yang baik, dan otak kiri bagian belakang untuk mengerti bahasa yang didengar dari lawan bicara. "Namun, ada beberapa laporan penelitian yang menyatakan gangguan ini dapat terjadi di belahan otak kanan, meski kasusnya sangat jarang," papar Lumempouw.
***
GANGGUAN afasia terdiri dari afasia Broca, Wernicke, global, konduksi,transkortikal motorik, transkortikal sensorik, dan transkortikal campuran.

Seseorang disebut afasia global bila semua modalitas bahasa-meliputi kelancaran berbicara, pengertian bahasa lisan, penamaan, pengulangan,membaca, menulis-terganggu berat. Penderita tidak ada suara sama sekali dan tidak mengerti apa yang dikatakan lawan bicara, serta tidak bisa membaca dan menulis. Ini terjadi karena kerusakan otak yang luas disertai kelumpuhan otot-otot tubuh sisi kanan.

Afasia Broca atau afasia motorik merupakan ketidakmampuan bertutur kata. Namun, ia mengerti bila diperintah dan menjawab dengan gerakan tubuh sesuai perintah itu. Karena kerusakan terjadi berdampingan dengan pusat otak untuk pergerakan otot-otot tubuh, penderita juga lumpuh di otot-otot tubuh sebelah kanan.

Afasia Wernicke atau afasia sensorik merupakan ketidakmampuan memahami lawan bicara. Ia hanya lancar mengeluarkan isi pikiran, tetapi tidak mengerti pembicaraan orang lain. Itu sebabnya mengapa orang sering menganggap penderita sakit jiwa. Pada tingkat sangat berat, perintah satu kata, seperti "duduk!" atau "makan!", juga tidak dipahaminya. Ia hanya mengerti bila dilakukan dengan gerakan, karena pengertian ini diterima otak melalui penglihatan.

Afasia konduksi merupakan ketidakmampuan mengulangi kata atau kalimat lawan bicara. Namun, penderita masih mampu mengeluarkan isi pikiran dan menjawab kalimat lawan bicaranya.

Afasia anomik membuat penderita ini tidak mampu menyebut nama benda yang dilihat, angka, huruf, bentuk benda, dan kata kerja dari gambar yang dilihat. Ia juga tak bisa menyebut nama binatang yang didengar suaranya atau benda yang diraba. Gangguan anomik terdapat pada semua penderita afasia dengan variasi kemampuan.

Pada afasia transkortikal sensorik, gangguan mirip dengan Wernicke, tetapi mampu menirukan kata/kalimat lawan bicara. Gangguan pada afasia transkortikal campuran mirip afasia global, namun mampu meniru ucapan lawan bicara.
***
BERBAGAI tes wawancara, membaca, menulis, menggambar, ataupun melakukan tugas-tugas tertentu bisa digunakan untuk mengetahui terjadinya kerusakan otak. "Kalau ada gangguan komunikasi, misalnya mengemukakan pikiran tidak lancar, tetapi paham diajak bicara, bisa ditebak pasti ada kerusakan dibagian depan. Ini tinggal dicocokkan dengan pemeriksaan pendukung, seperti CT-Scan pada otak," jelas Lumempouw.

Pemeriksaan ini amat penting untuk terapi dan rehabilitasi pasien. Umumnya sel-sel otak yang tertekan atau membengkak bisa membaik kembali. Sedang sel-sel otak yang kerusakannya menetap, tugas-tugasnya akan diambil alih oleh sel-sel di sekitarnya.

Dengan adanya beban tambahan pada sel-sel baru-tentunya sudah punya tugas lain sebelumnya-maka mutu setelah rehabilitasi tidak bisa sebagus keadaan sebelum infark. Karena itu, hal terbaik adalah menghindari faktor-faktor risiko yang bisa memicu stroke, seperti merokok, makan makanan yang berkolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. (nes)

Hangtuah Digital Library

1 comments:

Anonymous said...

mantapz nih salam sayang dari mbah gendeng

mbah juga punya nih afasia

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback