Pages

Saturday, October 15, 2011

Awet Muda Berkat Vegetarian


HIDUP tanpa daging bukanlah siksaan. Rata-rata vegetarian bahagia menjalaninya. Juga diyakini bermanfaat untuk awet muda.
Mau sehat? Jadilah vegetarian. Gaya hidup non daging ini memang bukan sesuatu yang baru. Konon, istilah vegetarian yang bermakna "dengan atau tanpa telur atau produk dairy(susu)"sudah dipopulerkan sejak 1847 oleh Joseph Brotherton dari Inggris. Kini,Indonesia pun sudah punya komunitas vegetarian bernama Indonesia Vegetarian Society (IVS). Banyak alasan mengapa seseorang memutuskan hidup tanpa konsumsi bahan-bahan hewani.
Antara lain faktor kesehatan, agama,moral,budaya, lingkungan, estetika,danselera.Dimasakini, alasan kesehatan tampaknya paling mengemuka, seiring tren healthy food dan kesadaran masyarakat akan maraknya penyakit yang disebabkan pola makan tidak sehat. Gaya hidup vegetarian konon dapat membuat awet muda, panjang umur, meningkatkan kualitas kesehatan, dan secara signifikan mengurangi risiko kanker, dan penyakit lainnya.
Salah satu pentolan The Beatles Paul McCartney bahkan pernah berseloroh, dirinya dan Ringo Starr bisa bertahan lebih lama karena jadi seorang vegetarian. "Ini tidak bohong,sekarang banyak penelitian ilmiah yang mengatakan jadi vegetarian itu lebih sehat dan lebih lama hidup," kata McCartney. Penyanyi Dewi Gita juga merasakan hal yang sama. Dia merasakan manfaat kesehatan yang lebih baik setelah menjadi vegetarian sejak lima tahun lalu.
"Sebetulnya saya masih semi-vegetarian. Saya memang tidak makan daging, hanya sayuran dan buah.Tapi ikan, telur, dan susu terkadang masih dikonsumsi sebulan sekali,"tutur istri vokalis band Gigi Armand Maulana ini. Selain alasan kesehatan, Dewi mengaku tidak tega melihat hewan dibunuh dan dimakan dagingnya. Beberapa vegetarian memang berkeyakinan bahwa membunuh hewan merupakan tindakan jahat dan kejam terhadap sesama makhluk Tuhan.
Ada pula yang menganggap bahwa memakan hewan akan memberikan pengaruh sifat kehewanan pada yang memakannya. Mungkin Anda masih ingat dengan ungkapan "you are what you eat"?. Pertimbangan etika-moral ini pula yang membuat Yuska Lutfi Tuanakotta tergerak untuk hidup anti-daging. Pria yang berprofesi sebagai public relations di sebuah hotel berbintang di Jakarta ini merasa kasihan setiap kali melihat hewan dipotong, dikuliti, lalu disantap.
"Apalagi saya memang penyayang hewan," kata pria yang menjadi vegetarian sejak Januari 2006 ini."Saya termasuk lacto vegetarian karena masih suka makan kue yang mengandung susu,"imbuhnya. Faktor dominan lainnya adalah agama dan keyakinan.Penganut Hindu dan Jainisme idealnya memang hidup ala vegetarian. Sementara Buddha, yang kerap diidentikkan dengan vegetarian, sebenarnya tidak melarang pengikutnya untuk makan daging. Namun, beberapa aliran seperti Mahayana memang menganjurkannya.
Menurut aliran tersebut,konsumsi daging mendorong manusia untuk "membunuh"(hewan). Padahal membunuh adalah suatu pelanggaran. Ada pula yang berpandangan bahwa jika kita makan daging, akan lebih sulit mengendalikan diri.Kedamaian dan kebahagiaan pun tak kunjung datang. Hal tersebut rupanya diyakini Rudy Halim,seorang penganut Buddha yang telah menjadi vegetarian murni pada usia 20-an. "Sebetulnya sejak 1979 sudah mulai, tapi masih adaptasi, makannya pun campur-campur,"tutur pria yang enggan menyebut usia persisnya ini.
Agama diakui sebagai alasan utama bagi Rudy untuk memilih jalan sebagai seorang vegetarian. Demikian halnya dengan ibu dan sejumlah keponakannya. Daging merah,seafood,telur,vetsin, bawang,alkohol,dan rokok pun tak ada lagi dalam kamus hidupnya. "Kami yakin makanan-makanan tersebut bisa menyerang lima unsur,yakni hati,ginjal,paru-paru,lambung dan empedu.
Bawang juga berpengaruh pada aspek emosional,"urainya. Lain Rudy, lain pula Kasan.Kendati sama-sama penganut Buddha, pilihan Kasan untuk menjadi vegetarian lebih didasarkan pada tujuan kesehatan dan kesabaran, bukan alasan agama. "Saya vegetarian sejak usia 30.Rasanya lebih sehat, emosi terkendali, lebih tenang dan santai," ungkapnya dengan muka berseri-seri. Alasan berbeda dikemukakan Deasy Elsara,21.Adalah faktor lingkungan dan pergaulan yang mengenalkan mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta ini ke dunia vegetarian. (inda susanti/MG-17)

Sumber : milis

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback