Pages

Wednesday, February 18, 2009

(thoughtful story) Mutiara

Pada suatu pagi, sebuah tetesan embun yang sangat besar jatuh dair daun sebuah pohon yang tumbuh di tepi lautan. Ombak segera menyambarnya. Ia mencoba membebaskan diri, tapi sia-sia. Ia takut bahwa sewaktu-waktu ia bisa tersapu bersih. Tapi pada saat itu ia tiba-tiba mendengar suara yang memanggilnya, "Kemarilah. Masuklah ke dalam rumahku, di sini kamu akan aman"

Ia pun segera mengikuti panggilan itu tanpa pikir lagi, dan sebelum dia sadar akan apa yang terjadi, pintu kulit tiram telah tertutup rapat. Pada awalnya, tetesan embun itu menarik nafas lega. Tapi kemudian dia sadar bahwa memang dia akan aman di rumah baru ini, namun ia tidak akan bebas lagi. Ia tidak akan bisa lagi memantulkan warna pelangi dari cahaya matahari.

Dia menceritakan kecemasannya itu kepada nyonya rumah. Tiram tua itu mengatakan kepadanya, "Jika kamu tetap bersikeras melawan nasib yang menimpamu, maka kamu akan menjadi sangat menderita dengan sia-sia. Tapi jika kamu dengan sabar menerima semua nasib yang menimpamu, maka kamu akan merasa enak." Kemudian, dia masih menambahkan secara misterius, "Saat itulah kamu akan tumbuh menjadi lebih kuat di dalam dirimu sendiri. Dan suatu hari kamu akan menjadi seribu kali lebih kuat dari saat kamu terjatuh dari pohon dahulu."

Tapi tetesan daun itu terdiam kesal. Kemudian ia kahirnya memutuskan untuk mengikuti nasehat ini meskipun ia tidak memahaminya. Ia hidup dengan tenang dan tanpa mengeluh, semuanya memperhatikan dirinya pada saat ia tumbuh di dalam kulit tiram itu. Ia pun merasa bahwa ada sesuatu yang sedang tumbuh di dalam dirinya dan memberinya kekuatan. Dia senang dengan hal ini dan berpendapat, "Selamat atas masa lalu; masa kini tidak bisa berlangsung selamanya; dan tak ada yang tahu hal luar biasa apa yang akan terjadi keesokan harinya."

Pada suatu hari ketika tiram itu membuka kulitnya, tetesan embun itu melihat beberapa bunga putih di sekitar air. Tapi itu semua bukanlah bunga, melainkan jari-jari dari penyelam pencari mutiara, yang mengambil tiram itu bersama dengan tiram-tiram lainnya dari bunga-bunga karang.

Tak lama kemudian mereka diletakkan di pantai dan seorang gadis membuka tiram-tiram itu dengan hati-hati. Tiba-tiba dia melompat kegirnagan, "hai, lihatlah mutiara yang sangat bagus yang saya temukan hari ini! Bentuknya seperti tetesan embun dan ia memantulkan warna pelangi. Ia membawa untung."

Mereka semua melihat mutiara yang berharga itu di tangan gadis itu, yang meletakkannya di atas selembar daun teratai.

Mutiara itu awalnya adalah tetesan embun yang tak akan berumur panjang, seperti kebanyakan tetesan embun lainnya.

(Willi Hoffsuemmer)
_______________________________________________________________
The worst sorrows in life
are not in its losses and misfortunes,
but its fears.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya
Thanks for your feedback